
editor : Arhab
INIPASTI.COM – Para tamu menjadi berisik membicarakan pertaruhan yang besar-besaran dan keadaan biji dadu yang amat aneh tadi. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa tadi telah terjadi adu tenaga lwee-kang (tenaga dalam) yang seru antara It- gan Hek-houw dan nona baju merah itu melalui tekanan tangan mereka pada permukaan meja.
Baca juga: Pendekar Cengeng II (10)
Setelah uang pembayaran selesai dihitung dan ditumpuk di atas meja di depan nona itu, It-gan Hek-houw berkata, "Apakah nona masih berani untuk melanjutkan perjudian ini?"
Kembali senyum mengejek itu membayang di mulut yang amat indah bentuknya dan berbibir merah. "Mengapa tidak berani ?
"Awas, kali ini kau bisa kalah, nona."
'Kalau tidak menang, tentu kalah. Apa bedanya? Lekas putar, aku akan mempetaruhkan semua uangku ini, dua ratus lima puluh tail emas"
Di antara para tamu ada yang menjadi pucat mukanya. Ini sudah gila, pikirnya. Mana ada taruhan sekali pasang dua ratus lima puluh tail emas? Kekayaan ini cukup untuk dipakai modal berdagang besar. Ini tentu tidak sewajarnya dan ada apa-apa di balik taruhan ini. Ia menjadi tegang dan takut. Akan tetapi karena hatinya tertarik ingin melihat perkembangan selanjutnya, ia berdiri seperti terpaku pada lantai dan melihat sambil menahan napas.
Kini It-gan Hek-hauw menggerakkan kedua lengannya secara aneh sekali, seperti orang bersilat. Kedua tangan itu bergerak ke sana ke mari dengan amat cepatnya sehingga orang-orang tidak bisa melihatnya lagi sewaktu ia mengambil mangkok dan kemudian dengan cara bagaimana pula ia menaruh dadu ke dalamnya, tahu-tahu sudah diputarnya mangkok itu dengan gerakan-gerakan cepat dan aneh.
Nona itu hanya memandang dengan senyum tetap mengejek dan senyumannya melebar ketika tiba-tiba It-gan Hek-hauw menurunkan mangkok di atas meja dengan mulut di bawah.
Ketika mangkok menyentuh meja, meja itu sampai tergetar dan mengeluarkan suara nyaring. Dengan mata berkilat kilat dia mandang nona itu dan berkata nyaring.
"Nona, kau pasanglah !"
Nona itu dengan gerakan sembarangan mendorong semua uangnya ke angka enam sambil berkata, "Aku mempertaruhkan semua ini atas angka enam!"
Kembali para tamu menjadi berisik. Bukan main beraninya nona itu mempertaruhkan atas angka enam, tentu saja kesempatan menang jauh lebih kecil dari pada kalau memasang angka ganjil atau genap. Akan tetapi kalau ia menang bandar harus membayar empat kali lipat, berarti akan membayarnya seribu tail emas! Bisa bangkrut kali ini rumah judi Lak-nam kalau pasangan itu kena.
Wajah yang hitam itu kini menjadi agak hijau, mata yang tinggal satu menjadi agak merah. "Memasang atas angka enam? Bagus! Sekali ini engkau kalah, nona. Lihatlah!" la menggerakkan tangannya cepat sekali membuka mangkok itu.
"Ah, terlalu banyak engkau mengerahkan tenaga sampai dadunya terbawa ke atas!" Nona itu berseru berbareng dengan diangkatnya mangkok. Semua orang memandang dan……… berseru heran karena di bawah mangkok itu tidak ada apa-apanya ! Akan tetapi si muka hitam yang kini mengeluarkan gerengan hebat dan nona itu yang tersenyum-senyum keduanya berdongak memandang ke atas. Semua orang juga ikut memandang ke atas dan……. di langit-langit ruangan itu, tepat di atas meja judi, dadu itu telah menempel di langit-langit dan memperlihatkan angka…….. enam.
"Aneh…………..
"Angka enam …..
"Ilmu siluman …….!"
Nona itu tidak memperdulikan teriakan-teriakan ini lalu berkata, suaranya tegas dan nyaring.
"It-gan Hek-hauw, lekas bayar kekalahanmu seribu tail emas !"
Diam-diam lt-gan Hek-hauw terkejut sekali dan maklum bahwa nona ini meskipun kelihatannya lemah, agaknya memiliki kepandaian hebat.
Dan ia sangat kagum kepada nona itu karena ilmunya, meskipun ia sendiri pernah bertempur dengan orang-orang sakti.
Tadi ia sudah mengadu lweekang dengan menekan meja dan ternyata kalah. Sekali ini dengan kecepatannya ia sudah mengantongi dadu pertama dan ketika hendak membuka mangkok, ia sengaja menaruh dadu lain dengan angka satu di atas. Siapa kira, dengan kepandaian yang luar biasa, entah secara bagaimana ia tidak tahu, dadu itu telah diterbangkan oleh nona itu ke atas, menempel langit-langit dan memperlihatkan angka enam yang dipasangnya!
Bersambung…
Related

No comments:
Post a Comment