
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudaraku… Pembaca Poskotanews.com.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah swt.
Dalam hidup ini, banyak manusia yang tidak menjalani kehidupan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt dan rasul-Nya. Akibatnya manusia mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah swt sehingga perjalanan hidupnya menjadi tidak menyenangkan. Karena itu, dalam hadits-haditsnya, Rasulullah saw mengingatkan kita untuk menjadi diri kita sendiri sebagai hamba Allah sehingga tidak melupakan hakikat kehidupan kita sendiri, di sinilah letak pentingnya bagi kita memahami dan menghayati peringatan Rasul saw tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi kehidupan di dunia ini.
Jalani Hidup Seperti Orang Asing dan Berjalan. Orang asing adalah orang yang tidak dikenal sehingga orang lain yang melihatnya menjadi agak heran, bahkan bisa jadi dianggap aneh. Dahulu Islam diangap sebagai agama yang aneh, bahkan orang-orang kafir menganggap Nabi Muhammad saw sebagai manusia aneh, dianggap tukang sihir hingga dibilang gila. Karena itu, di tengah-tengah masyarakat yang tidak memahami atau jauh dari nilai-nilai Islam, ketika kita berpegang teguh kepada nilai-nilai Islami, maka kita dianggap sebagai orang asing, jadul (manusia jaman dulu) dan sebagainya, inilah yang dimaksud Nabi saw tentang menjadi orang asing sebagaimana disebutkan dalam haditsnya:
كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
Jadilah engkau di dunia seolah-olah engkau orang asing atau orang yang lalu di jalan (HR. Bukhari, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketika masyarakat sudah biasa dengan kebohongan, lalu ada seseorang yang tetap berlaku jujur meskipun ia tidak mendapatkan kecukupan hidup, maka sikapnya itu ia disebut orang asing. Bila orang hidup mewah meskipun didapatkan harta dengan cara yang tidak halal, lalu ada seorang muslim yang hidup sederhana dan mencari rizki dengan cara yang halal saja, maka ia dianggap sebagai orang asing, begitulah seterusnya yang diinginkan oleh Rasulullah saw.
Sejauh-jauh orang yang melakukan perjalanan tentu ada akhir perjalanannya dan ia akan kembali ke tempat asal. Perjalanan jauh yang telah ditempuh tentu ada tujuan dan hasil yang ingin diperolehnya. Ketika Rasulullah saw menggambarkan kita harus menjadi seperti orang yang melakukan perjalanan, itu artinya perjalanan ada awal dan akhirnya. Manusia berasal dari Allah swt yang lahir dalam keadaan bersih tanpa dosa dan memiliki potensi tauhid yang baik, maka saat ia kembali seharusnya dalam keadaan bertauhid yang semakin kokoh dan membawa hasil berupa amal shaleh yang sebanyak-banyaknya, Allah swt berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal dengan amal yang shaleh dan janganlah ia mensekutukan Allah dengan apapun juga (QS. Al Kahfi [18]:110).
Satu hal yang sering terjadi, manusia ingin menempuh perjalanan hidup yang panjang dan lama sehingga bisa menikmati kehidupan dunia lebih lama lagi, namun yang terpenting bukan soal lamanya, tapi bisakah kita mengisi kehidupan ini dengan baik sehingga ibarat orang dagang kita bukan pedagang yang rugi. Pedagang yang rugi bukan hanya tidak memperoleh keuntungan, tapi modal pun habis hingga meninggalkan utang. Modal hidup kita adalah kebersihan jiwa, bila kita rugi, maka kita mati dalam keadaan jiwa yang kotor dan kembali kepada Allah tanpa pahala, tapi malah utang dosa yang harus kita tebus dengan siksa. Karena itu sependek apapun perjalanan hidup ini harus kita isi dengnan amal yang shaleh, apalagi bila kesempatan perjalanan hidup yang diberikan begitu panjang, inilah yang membuat manusia menjadi terbaik. Bila tidak, maka ia menjadi manusia terburuk, Rasulullah saw bersabda:
Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya, baik amalnya dan seburuk-buruknya orang adalah yang panjang umurnya, buruk perbuatannya (HR. Ahmad).
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Drs. H. Ahmad Yani
* Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah
* Penulis Buku Panduan Ramadhan & Doa Al Ma'tsurat Kubra
* Pengurus Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta
* Wakil Ketua Umum Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII)
* Ketua Bidang Dakwah Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI)
No comments:
Post a Comment