Cerpen karya : Qodratullah Maha Deva
Ada dua hal yang kusukai dari sekolah ini. Dua hal yang sama rupa namun berbeda kepribadian. Yang pasti kedua-duanya sama-sama manusia. Namaku Helsinsky. Aneh? Benar, nama yang hanya satu-satunya ada di sekolah ini. aku duduk di kelas sebelas dan mempunyai kepribadian yang dibilang jauh dari menyenangkan bagi teman sekelasku. Tapi aku tidak pernah peduli, toh jadi diri sendiri adalah hal yang paling berguna untuk diri sendiri. Hal pertama yang kusukai dari sekolah ini tak beda dari siswi SMA lainnya, yaitu kakak kelas.Aku suka Andrew, beberapa temankupun demikian. Hal itu tak dapat dipungkiri dari wajahnya yang menawan dan sikapnya yang sopan. Tapi yang paling aku sukai darinya ialah, dia selalu membuka mataku. Kami dekat. Harus kuakui itu. Dia tahu perasaanku padanya? Juga harus kuakui itu. Aku tidak menyatakan perasaan kepadanya, namun dialah yang menyadari itu secara sendirinya. Tahukah kau apa yang dikatakannya kepadaku saat itu? "Sebenarnya aku juga menyukaimu Key, tapi aku tidak suka dengan sifatmu yang begitu tertutup dan sinis terhadap orang lain. Kamu juga bukan orang yang disenangi dikelasmu. Jadi aku harap kamu mulai mengubah sikapmu." Pernyataan itu membuatku memikirkannya berulang-ulang. Menurutku tak ada yang salah dalam diriku, aku tertutup karena aku introvert dan sulit untuk percaya pada orang lain. Aku memang sinis, tapi apakah itu membuatku memiliki sifat yang buruk? Dan teman-teman di kelasku tidak menyukaiku. Hal itu harus kuakui. Aku salah satu siswa terpintar di kelas, namun aku memiliki kesulitan dalam mengajari teman sekelasku jika mereka bertanya kepadaku tentang masalah pelajaran, dan aku tidak mau memberikan contekan kepada temanku jika mereka belum berusaha terlebih dahulu. Hingga seringkali aku menanggapi mereka dengan tatapan sinis dan dingin. disitulah aku dicap sebagai orang yang tidak menyenangkan di kelas. Namun setelah itu aku mengubah sikapku demi Andrew, aku berusaha menjadi orang yang ramah meskipun terlihat aneh, sifatku yang keras kini berubah menjadi penurut hingga teman-teman kelas seringkali menyuruhku ini dan itu begitupun dengan Andrew. Aku juga sering membagikan hasil jawaban kepada teman-teman sekelas secara percuma. Aku berubah seratus delapan puluh derajat dan hal itu benar-benar sudah disadari oleh Andrew. Sehingga ia membalas perasaanku dan kami menjadi sepasang kekasih. Namun taukah kau apa yang kurasakan setelahnya? Lelah. Tiga bulan kujalani hubungan dengan Andrew, dia sangat senang dengan sifatku yang berubah total. Aku tidak. Namun aku berusaha tetap bertahan karena kenyamananku berada di sisinya. Satu hal yang kuketahui tentang dia setelah menjadi kekasihnya, dia orang yang cuek. Tidak perhatian seperti seorang kekasih pada umumnya, tapi dia mengatakan padaku bahwa hal itu sangat wajar karena setiap orang mengungkapkan perasaan secara berbeda-beda. Baik kasih sayang, persahabatan, atau perhatiannya kepada orang tertentu. Aku takkan lupa menceritakan tentang hal kedua yang kusenangi dari sekolah ini. mungkin terdengar aneh, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya mengenai kedua orang yang memiliki kepribadian yang berbeda. Yang satu ini kurang disukai banyak siswa kecuali aku. Kami sering memanggilnya Bu Hijriyah. Sejak kelas sepuluh aku sudah mendengar tentang dirinya. Guru Kimia namun bukan golongan guru Killer. Dan hal itulah yang membuat dahiku mengernyit mendengarnya. Bagaimana bisa seorang guru yang tidak galak kurang disukai oleh siswanya? Aku mendapat informasi dari siswa sekolah atau cerita anak bimbel bahwa setiap siswa yang akan lulus dari sekolah pasti punya banyak salah dengan guru itu dan meminta maaf kepadanya, hal itu dikarenakan mereka lebih suka tidur di kelas dibandingkan mendengar penjelasan membosankan tentang nama-nama aneh dalam sebuah rangkuman yang disebut Kimia. Apakah Bu Hijriyah tidak marah? Dan ternyata Bu Hijriyah memang tidak bisa memarahi mereka. Mengherankan menurutku, karena kepenasaranku, aku berharap saat kelas sebelas nanti bisa berada pada pelajarannya . Dan sekarang aku benar-benar diajar olehnya. Bu Hijriyah pendiam. Dan aku tidak merasa ada hal yang menjengkelkan pada dirinya meskipun pada saat pelajarannya berlangsung, paling tidak tiga temanku tertidur atau sekedar mengantuk. Sisanya ribut semerawut. Tidakkah ibu itu menegur atau memarahi mereka seperti guru lainnya? bukankah aneh jika ia diam dan membiarkan siswa dikelas memonopoli audio di kelas? Aku tetap berusaha memperhatikan pelajaran meskipun ribut dimana-mana. "Apakah ibu tidak menegur mereka yang tidur di kelas?" Tanyaku saat itu. "Tidak apa-apa, jika mereka mau memperhatikan maka mereka akan memperhatikan." Itulah jawaban Bu Hijriyah saat itu yang menimbulkan begitu banyak pertanyaan di benakku. "Tidakkah Bu Hijriyah seharusnya marah dengan kita yang hanya bermain-main di jam pelajarannya?" Tanyaku pula kepada teman-temanku. "Dia tidak pernah marah kecuali disaat tertentu." Jawab salah satu temanku yang justru menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. "Jangan dipikirkan Key, aku hanya bercanda." Jelasnya.
Bulan keempat hubunganku dengan Andrew. Dan di hari itulah alasan mengapa aku menyukai Bu Hijriyah. Saat itu aku berjalan pulang melalui taman sekolah, dan tepat disampingku ada Andrew yang menemani. "Siapa guru yang paling kau sukai di sekolah ini Key?" tanyanya tiba-tiba. Aku menjawab sepintas, "Hampir seluruh guru yang mengajar di sekolah ini semuanya kusukai Dre. Mereka semua memiliki karakter mengajar yang berbeda-beda dan menarik." "Wajar saja jika kau pintar yah." Dia melanjuti jalan. Sejenak pertanyaan tadi mengingatkanku akan Bu Hijriyah. "Kamu pernah diajari oleh Bu Hijriyah?" Tanyaku langsung dan dibalas dengan anggukkan. "Pernahkah kamu heran dengan Bu Hijriyah?" "Tidak, mengapa memangnya? Kamu punya masalah dengannya?" Aku menggeleng pelan. "Tidak, hanya saja guru yang satu itu berbeda." "Bukankah katamu seluruh guru disini berbeda-beda?" "Itu benar," aku membenarkan anak rambutku, "Tapi dia berbeda dengan guru lain." "Apa bedanya?" Andrew masih tidak memandang serius hal ini. "Bu Hijriyah tidak pernah marah." Ucapku pelan. "Beberapa guru bahkan ada yang bukan tipe pemarah. Banyak malah." Jawabnya lagi. "Tapi dia tidak menegur seswa di kelas yang ribut, yang tidur, yang ngobrol, makan kuaci, dan sebagainya." Aku memperjelas. "Dari zaman bahula dulu Bu Hijriyah memang seperti itu. Dengar Key, terkadang diam lebih baik dibandingkan menegur." Kalimat itu mengalir halus ditelingaku seperti angin sore yang menerbangi anak rambutku. "Yah, tapi paling tidak sekali-duakali lah dia marah." "Kamu mengharapkan guru marah?" Tatap Andrew tak percaya, "Biasanya seorang siswa justru mengharapkan guru penyabar seperti dia loh." "Iya, hanya saja aku…" "Dengarkan ini baik-baik Key!" Andrew menatapku lurus, langkah kami terhenti. "Setiap guru bahkan setiap orang, mempunyai karakter dan sifat tersendiri. Bu Hijriyah punya karakter sendiri dalam menanggapi siswanya, begitupun guru yang lainnya. Kamu tidak harus menginginkan seseorang untuk mempunyai karakter yang tidak ada di dalam dirinya. Karena kamu hanya punya sifat dan cara memperlakukan orang lain dengan caramu sendiri, dengan menjadi dirimu sendirilah orang lain akan menyukaimu." Kalimat itu benar-benar menusuk kebekuan hatiku yang paling dalam. Betapa melelahkannya menggunakan topeng yang tak sesuai dengan bentuk wajahku. Aku teringat dengan kalimat Bu Hijriyah waktu itu, 'Jika mereka mau memperhatikan, makamereka akan memperhatikan.' Kalimat itu ada benarnya, dan penjelasan orang yang ada didepanku sekarang justru semakin menyempurnakan kalimatnya. "Kamu benar Drew. Seharusnya aku bersifat seperti Helsinsky yang sesungguhnya. Bu Hijriyah benar dan kamu juga benar, akan ada orang yang menyukaiku dengan karakterku sendiri. Untuk itu, Kita Putus!" (*)
Penulis Pelajar SMAN 1 Indralaya.

No comments:
Post a Comment