Kasus dokter Anwari yang menganiaya petugas parkir Juansyah di Mall Gandaria City, mengoyak hati dan jiwa. Kok sadis amat ya hidup ini. Alasan lagi stres, alasan dilecehkan, atau alasan apapun susah dibenarkan melihat kasus 'uang parkir 5000' harus membuang tembakan dan menganiaya. Apa sesungguhnya yang terjadi?

Saya punya sedekit pengalaman dengan kalangan militer. Pernah makan malam bersama beberapa perwira intelijen sebuah pasukan komando, purna mereka sukses dalam tugas khusus. Kami berlima, pesan makanan, pelayannya sangat lama datang nawarin menu. Mungkin karena tampang kere, dicuekinlah. Saya agak gerah, was-was juga,  empat orang kawanku ini adalah mahluk 'aneh'. Saya harus bergerak ke arah kasir minta daftar menu.

Pelayan datang, antar daftar menu, dicuekin lagi. Sementara tamu di samping dilayani dengan baik. Tapi, ya sudahlah, saya juga yang ditraktir, pusing amat. Tapi saya bingung, kok 'makhluk aneh di sampingku ini tenang tenang saja, sabar, sambil bercerita kisah 'tugas khusus' mereka. Makanan pun tersaji, hampir sejam menunggu, hanya sop buntut.

Lama bercanda dan bercerita, satu dan satu gantian ke toilet, biasalah perut mulai kembung dicocor kopi. Sekitar jam 11 malam, sudah mau bubaran. Tiba-tiba manajer restoran datang ke sampingku, minta maaf. Dengan wajah sendu, seperti laki laki salah lahir. Aku bingung kenapa?

bla bla bla, maaf pak, maaf, katanya berulang-ulang. Hehehe, inilah ulah para mahluk aneh tadi, senyap bertindak tanpa grasa-grusu. Bikin saya terlalu pede, padahal saya hanya ditraktir karena hidup kocar-kacir.

Perwira-perwira saptamargais tak ada yang sok jago. Mereka malah terlihat terlalu rendah hati dalam pergaulan sosial. Tidak ada yang aneh, kalau oknum pasti adalah, Lucifer saja diusir dari sorga karena badung.

Yang aneh malah adalah beberapa warga masyarakat yang 'sok militer' atau militeristik. Beberapa organisasi pemuda, satgas partai politik, bahkan kaum agamawan. Alamak ngerinya dengan gaya militer mereka. Termasuklah si dokter Anwari, karena istrinya dokter militer, perilakunya pun jadi sok militer. Karena punya saudara petinggi militer, kitapun jadi merasa jagoanlah. Aneh, kan?

Perilaku militeristik dalam kehidupan sehari hari, baik sosial maupun politik sangat terasa. Sok militer karena pakai seragam loreng, entah loreng apa itu. Mereka kadang konvoi dengan gaya selangit. Dengan gaya sedikit seram ala kampung, mobil pakai rotor lagi dan sirene. Perilaku ini seperti wajar dan kitapun diam ketakutan, abai dengan gaya yang merusak peradaban.

Perilaku militeristik kalangan sipil inilah yang menarik-narik kalangan militer ke wilayah sensitif dan ruang 'kotor'. Panglima TNI masih aktif dan bertugas dengan baik, eh diayun-ayun kalangan sipil dengan janji-janji palsu penuh dusta. Cocok Presidenlah, cocok wapreslah, anu-anu lah. Tapi nanti, itu akan janji tinggal janji. Sipil ini banyak berpenyakit sipilis, militeristik dan seperti iblis. Prabowo sudah sampaikan itu di NTB, muaknya dia dengan kalangan elit Jakarta.

Salam hormat untuk para perwira yang tetap saptamargais, tetap setia dengan Pancasila. Tapi tolong dijelaskan itu kasus Stanchat...

Penulis: Jen Maro