Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Dr. Balerina JPP mengaku belum mendapatkan laporan adanya temuan permen tengkorak tersebut. Namun ia meminta kepada seluruh sekolah dan orang tua untuk terus melaporkan apabila terdapat permen tersebut di lingkungan sekitarnya.
Sebab menurut Balerina, kandungan permen tengkorak tersebut memiliki efek seperti narkotika. Sehingga pihaknya juga akan berkordinasi dengan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Balikpapan dalam menyikapi hal ini.
Permen tengkorak yang sebelumnya telah beredar di Kutai Timur, menyebabkan sejumlah korban yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) keracunan. (prokal.co/JawaPos.com)
"Belum ada laporan, itu ranahnya BNN apakah sudah ada diciduk atau belum. Kami koordinasi aja. Siang ini katanya ada rapat di sana (BNNK) tapi belum tahu hasilnya," katanya, kemarin di kantornya (11/8), sebagaimana dikutip dari Balilkpapan Pos (Jawa Pos Group).
Menurut Balerina, permen tengkorak tersebut mengandung obat psikotropika. Seperti dalam kandungan obat yang mengantarkan artis Tora Sudiro ke ranah hukum. Menurutnya, hal ini sangat mengkhawatirkan. Sebab efek dari mengkonsumsi permen tengkorak ini dapat merusak otak yang mengakibatkan anak menjadi stress dan mentalnya terganggu.
"Dampaknya berkhayal dan lainnya. Biasanya obat-obat psikotropika kalau diminum tidak sesuai indikasi dan dosis, maka kalau dia kelebihan, akan mempengaruhi otak. Kalau otaknya kelebihan, maka dia bisa rusak, jadi anaknya kayak bodok-bodok. Itu tidak bisa kembali kalau otaknya sudah rusak," jelasnya.
Namun apabila terdapat kasus demikian di Balikpapan, DKK menyarankan kepada para orang tua untuk membawa ke puskesmas untuk ditangani. "Artinya kalau ada yang sudah kena itu dibawa ke puskesmas yang sudah terlatih. Diberikan pengobatan untuk dituntun," tambahnya.
Untuk itu Balerina mengimbau kepada para orangtua agar selalu mengawasi anaknya lebih intens. Melarang anak dalam membeli jajan sembarangan apalagi bentuknya patut dicurigai.
"Makanya ini hal yang betul-betul diperhatikan. Orang tua yang utama harus memperhatikan. Misalnya kenapa anak-anaknya makan yang aneh-aneh. Pokoknya pemantauan orangtua itu harus lebih," pungkasnya.
(fab/jpg/JPC)
No comments:
Post a Comment