
SUDAH bukan istri tapi kok masih diurusi, itulah kelakuan Fahmi, 40, warga Kalteng. Dia cemburu bekas istrinya, Sarifah, 36, menikah lagi. Putus asa bekas bini takkan kembali, dia justru menganiaya anak kandungnya Di, 15, agar ibunya kembali ingat pada anak dan bapaknya sekaligus. Sukur-sukur……
Bercerai bukan karena kemauan kedua belah pihak memang sangat menyakitkan. Ini banyak terjadi. Suami masih mencintai istri, tapi istri sudah tidak lagi. Dengan bebagai alasan, dia menggat ke Pengadilan Agama, agar rumahtangganya diakhiri sampai di sini. Pengadilan mengabulkan, tapi itu memuaskan hanya buat si wanita. Sedang pihak lelakinya bisa saja jadi dendam turunan.
Karena faktor ekonomi, rumahtangga Fahmi – Sarifah bubar. Istri malu, sekian puluh tahun berumahtangga, setiap hari masih naik sepeda motor, yang belakangan modelnya makin aneh-aneh. Maunya Sarifah, suami kini ganti kendaraan roda empat, meski hanya jenis minibus. Padahal dengan mobil, jika bepergian semua anak kan bisa diajak, dan gengsi pun tidak jatuh.
Tapi bagaimana Fahmi mau beli mobil. Gajinya sebagai pegawai tak mungkin bisa nguber. Bagi Fahmi, bisa pakai motor bingung (Vespa bukan, Honda juga bukan) saja sudah luar biasa. Sebab dia pernah lama pakai Honda 69, yang suara mesinnya makin lama berbunyi nguk enguk…… "Kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki," kata Fahmi memberi pencerahan pada istri.
Tapi Sarifah membantah, sukur model Fahmi menjadikan rumahtangganya tak maju-maju. Sebab dia tak ingin yang lebih bagus dan menjanjikan, karena cukup puas dengan yang ada sekarang. Sebagai orang Jawa, Fahmi memang akrab dengan filosofi: aja ngaya mundhak lara (jangan memaksakan diri) dan senajan sithik ning nglethik (sedikit tapi ajeg).
Di kala suami sudah tak bisa lagi disemangati dan dimotivasi, Sarifah berkenalan dengan lelaki bonafid yang ke sana kemari pakai mobil mengkilat. Lelaki ini tertarik akan kecantikan Sarifah. Dasar si wanita sudah bosan jadi orang miskin, ketertarikan lelaki barnama Imron itu langsung ditanggapi, jadilah mereka selingkuh.
Selingkuh itu sama halnya naik kendaraan tanpa SIM, sehingga selalu takut disemprit polisi.Untuk memperoleh SIM resmi dari Polda, jalan satu-satunya harus bercerai dari Fahmi. Maka tanpa sepersetujuan suami, langsung saja Sarifah mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama Palangkaraya.
Tentu saja suami dari Jalan Pasir Putih, Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, ini terkaget-kaget. Dia menolak ajakan cerai istrinya itu, lha wong cintanya masih sedalam Lautan Hindia. Majelis hakim juga sudah menasihati Sarifah, agar mempertahanan rumahtangganya. Tapi karena si istri tetap ngotot alkhotot, akhirnya putusan cerai pun datang.
Kaget juga Fahmi. Makin kaget lagi, sebulan setelah bercerai Sarifah menikah dengan lelaki pemilik mobil itu. Sakit hati disia-siakan istri gara-gara miskin, Fahmi malah menganiaya Din putri sulungnya. Urusan pun sampai ke polisi. Apa alasan Fahmi berbuat seperti itu? "Ini sekedar unjukerasa, agar bekas istriku ada perhatian."
Oo, Caper alias cari perhatian. (JPNN/Gunarso TS)
No comments:
Post a Comment