BANGKAPOS.COM - Ledakan bom yang terjadi di Bandung dinilai oleh pengamat lebih menunjukkan kelemahan sel terorisme yang 'terjepit' untuk melakukan aksi, terutama dilihat dari rendahnya kualitas bom yang digunakan dan sasaran yang terkesan tak direncanakan dengan baik.
Baca: Tengah Asyik Menyantap Daging Bocah Tujuh Tahun, Nazim Miyan si Kanibal Tertangkap Basah Ibunya
Pengamat terorisme Universitas Indonesia, Ridwan Habib, menilai bahwa serangan yang dilakukan 'sangat amatir', terutama dari rangkaian bahan yang digunakan serta sasaran yang dituju 'menunjukkan kelompok ini semakin desparete (putus asa)' dan 'kehilangan orientasi penyerangan'.
"Sekarang kalau tujuannya untuk eksistensi pun, menyerang taman kosong juga sesuatu yang menurut saya agak aneh," kata Ridwan.
Baca: Mulai 1 Maret, Polri Gelar Operasi Besar-besaran, Ini yang Bakal Jadi Incaran Polantas
Selain itu, bahan bom yang digunakan, casing, serta detonator, berupa panci dan pupuk urea -menurut Ridwan- amat sederhana yang menunjukkan keterbatasan logistik.
"Kader mereka juga sudah semakin sedikit karena yang melakukan aksi justru orang lama, yang pernah terlibat pada 2010," ujar Ridwan lagi.
Belum lagi dari pilihan lokasi yang dinilai Ridwan sebagai tidak memiliki unsur simbolik, bukan markas polisi, bukan penjara, bukan Istana.
Baca: Jangan Khawatir, Tuhan Punya Cara Sendiri untuk Membuat Iman Kita Tetap Kuat
Lokasi serangan dianggap tidak efektif dalam menunjukkan eksistensi kelompok teroris di dunia internasional.
No comments:
Post a Comment