Friday, October 28, 2016

Pemilih di Jakarta Utara Berkurang 310 Ribu, Mencurigakan?

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Administrasi Jakarta Utara telah menyelesaikan tahapan hasil pencocokan dan penelitian (coklit) daftar pemilih sementara (DPS) dari tingkat RT/RW. Hasilnya 310.000 pemilih dicoret dari DPS (daftar pemilih sementara) karena tidak memenuhi syarat seperti berganti alih status, tidak memiliki dokumen KTP dan KK sesuai domisili, sudah pindah, serta meninggal dunia.

Berkurangnya jumlah pemilih sebanyak itu, membuat politisi PDI-P Adian Napitupulu mencurigai ada hal yang janggal dan sulit diterima dengan akal sehat, sehingga butuh kajian mendalam, untuk mengungkap ada permainan apa di balik semuanya ini.

Berikut pernyataan tertulis Adian Napitupulu yang diterima Netralnews.com, Jumat (28/10/2016).

Kemarin KPUD DKI menyampaikan bahwa pemilih di Jakarta Utara berkurang sekitar 310.000 orang. Ini sesuatu yang aneh karena dari 2014 ke 2016 umumnya pemilih cenderung bertambah. Ini kok malah berkurang, jumlahnya tidak tanggung-tanggung, tapi sebanyak 310.000 orang.

Kenapa ada pengurangan sebesar itu? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, terjadi eksodus massal seperti layaknya di daerah-daerah perang. Kedua, ada meninggal massal serentak mungkin saja dan terorganisir seperti peristiwa bunuh diri massal atau dikarenakan wabah penyakit menular.

Kemungkinan ketiga terjadi genocida (pembataian massal) di Jakarta Utara, tapi kita tidak tahu. Kemungkinan lain tapi sulit diterima akal, mungkin ada ratusan ribu orang yang usianya justru turun, bukan naik. Misalnya tahun 2014 umurnya 17 tahun tapi tahun ini umurnya turun jadi 15 tahun atau mungkin kombinasi dari kesemua kemungkinan itu.

Agak rumit diterima akal, kalau dari 1.336.025 pemilih saat Pilpres kemudian hari ini jumlah pemilih berkurang menjadi 1.025.045 maka tiap hari dari tahun 2014 sampai 2016 rata-rata yang meninggal atau pindah ada 420-an orang.

Di Jakarta Utara ada 6 kecamatan dan 32 kelurahan. Dengan berkurangnya 310.000 pemilih, maka rata-rata dalam 2 tahun terakhir di tiap kelurahan ada 9.600 pemilih yang "hilang".

Aneh seribu persen aneh. Pada Pilpres 2014 perolehan suara Jokowi-Jk di Jakarta Utara sekitar 516.000, sementara Prabowo Hatta sekitar 342.000 dengan selisih sekitar 174.000 suara memenangkan Jokowi-JK.

Dari perolehan suara Pilpres dan perbandingannya dengan perolehan suara Pileg, Jakarta Utara memang kantong suara PDI Perjuangan sejak lama.

Berkurangnya suara yang terdaftar sebagai pemilih di Jakarta Utara sebesar 310.000 pemilih menjadi angka yang perlu dikaji mendalam, apakah pengurangan itu benar adanya, atau ada permainan di baliknya.

Kalau benar memang dikemudian hari ditemukan ada permainan pat-gulipat di balik ini, maka kondisi Pilkada DKI memang jauh dari sehat.


Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...