Friday, July 15, 2016

Pelonco MOS Diganti Tiga Hari Ceramah

TAK BOLEH ADA SENIORITAS - Masa orientasi sekolah di sebuah sekolah di Banjarbaru, beberapa waktu lalu.

BANJARMASIN – Para orang tua merasa lega mendengar MOS (Masa Orientasi Sekolah) dihapuskan.  Seperti dirasakan Fadli Azhari, ia tak ingin putrinya yang baru masuk SMA merasakan penderitaan perpeloncoan seperti yang pernah dirasakannya pada zaman sekolah dulu.

      "Dijemur terik matahari, disuruh berpakaian tak wajar, lalu pulangnya dikasih tugas yang aneh-aneh," kata Fadli. Putrinya, Diaz Auralia Azhari baru saja lulus SMPN 1 dan mendaftar ke SMAN 1 Banjarmasin.

      Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menghapus MOS dan menggantinya dengan PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah). Jika MOS sarat dengan pembulian dan perpeloncoan, maka PLS lebih pada sosialisasi. Acaranya kebanyakan berisi ceramah. Mengenalkan sekolah dan program-programnya.

      Menurutnya, MOS bisa lestari karena ada unsur balas dendam. Pelajar yang pernah dipelonco, setelah menjadi senior ingin memelonco juniornya. "Sebagai orang tua saya tidak perlu lagi was-was. Anak saya tidak bakal jadi korban tradisi tidak mendidik itu," imbuhnya.

      Lantas, bagaimana bentuk PLS ini nantinya? Di SMAN 2 Banjarmasin, MOS sudah dihapuskan sejak tiga tahun silam. Setelah Permendikbud No 18 Tahun 2016 terbit, sekolah yang beralamat di Komplek Pelajar Mulawarman itu tinggal menyesuaikan dengan format PLS yang ada.

      Kepala SMAN 2 Banjarmasin, Bakhtiar menjelaskan, PLS jauh berbeda dengan MOS. Perbedaan pertama, panitianya bukan lagi kakak kelas. Organisasi siswa hanya dilibatkan untuk mengurusi perkara teknis seperti persiapan tempat atau absensi pelajar.

      Kedua, embel-embel MOS dibuang jauh-jauh. Seperti kewajiban berpakaian yang aneh dan tugas-tugas yang tak ada kaitannya dengan pendidikan. "Panitia PLS adalah para guru, bukan siswa. Para kakak senior juga sudah saya peringati untuk menghindari perpeloncoan," kata Bakhtiar.

      Di SMAN 2, jumlah siswa barunya 385 orang. Mereka dibagi dua kelompok di dua aula terpisah. Selama tiga hari dari 18-20 Juli, siswa mendapat pemaparan materi dari dewan guru. Temanya macam-macam. Dari pengenalan dewan guru, profil sekolah, program pembelajaran, orientasi kepramukaan dan ditutup pentas seni.

      Berisi materi selama tiga hari maraton, Menteri Anies mengingatkan agar PLS dibuat semenarik mungkin. Khawatir murid baru diserang rasa jemu. "Agar menarik, kami mendorong PLS jadi wadah mereka untuk mencari teman-teman baru," pungkas Bakhtiar.

      Jika ada sekolah yang nekat memasukkan unsur perpeloncoan dalam PLS, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, Ngadimun mempersilakan Disdik kabupaten dan kota untuk menjatuhkan sanksi tegas. Kenaikan pangkat PNS kepsek bisa ditunda, jabatannya bahkan bisa dicopot.

      Sementara Disdik Provinsi menyiapkan sanksi berupa pembatalan pengucuran bantuan pada sekolah. "Saya menyebar kabid, kasi dan staf untuk mengawasi pelaksanaan PLS. Jadi hati-hati," tegas Ngadimun. (fud)

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article from FiveFilters.org: Most Labour MPs in the UK Are Revolting.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...