RMOL. Kehidupan sosial keagamaan Indonesia sedang diteror pihak-pihak yang ingin menciptakan suasana mencekam dan menakutkan. Motif peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap kiai di Jawa Barat hingga kini belum terungkap. Banyak spekulasi berteberan.
Berikut penjelasan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian terkait rentetan peristiwa teror tersebut:
Apa kebijakan Anda terkait peristiwa penyerangan terhadap tokoh agama yang terjadi belakangan ini?
Saya sudah meminta kepada semua jajaran kepolisian untuk memperketat pengamanan di tempat-tempat ibadah. Beberapa kasus yang ada para pelaku sudah berhasil ditangkap. Meski dari dua kasus di Jawa Barat pelaku diduga mengalami gangguan jiwa, namun kasusnya tetap kami tangani. Kami juga tidak berhenti untuk mendalami apakah kemungkinan ada koneksi satu kasus ke kasus lainnya. Sampai sekarang kami belum temukan indikasi itu, sementara ini kami temukan ini tindakan spontan.
Tapi banyak spekulasi lho Pak?
Untuk itu kami meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan isu-isu spekulasi yang tidak jelas. Jangan berspekulasi aneh-aneh. Jangan mau juga isu ini dijadikan untuk mengadu domba antarumat. Percayakan kepada polisi dan pemerintah.
Masyarakat penasaran menunggu hasil konkret dari penyelidikan kepolisian?
Pasti kami akan menindaklanjuti perkara yang menyangkut penyerangan tokoh agama, termasuk di Jawa Barat sesuai dengan fakta hukum yang ada. Sekali lagi Insya Allah bisa kami tangani dengan baik dan sesuai fakta yang ada.
Untuk mengungkap motif di balik gangguan keamanan yang terjadi saat ini apakah Anda hanya menerjunkan tim intelijen dari Polri saja atau akan meminta bantuan dari TNI?
Saya sudah kontakan dengan Panglima TNI untuk menurunkan tim intelijen dalam rangka bekerja sama memberikan kontribusi, memberikan masukan informasi yang mungkin bisa dikembangkan bersama.
Terkait pengamanan Pilkada 2018 seperti apa?
Prediksi saya di Pilkada 2018 berbeda dengan pilkada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kan mobilisasi massa dikerahkan dalam kampanye dengan skala besar. Namun, untuk tahun ini berbeda. Meski masih ada mobilisasi massa tapi saya kira tidak sebesar yang lalu. Kampanye yang terjun ke lapangan saya kira kecil, lebih besar kampanye melalui media sosial. Justru saat ini kan media sosial lebih efektif daripada kampanye terjun ke lapangan. Arus informasi di media sosial sulit dibendung, sehingga banyak ditemukan konten-konten negatif dan berpotensi perpecahan. Jangan sampai isu hoaks dan konten provokatif muncul dan memengaruhi sistem demokrasi di Indonesia.
Artinya Polri akan lebih memantau kampanye lewat media sosial saja?
Kami melakukan atensi lebih untuk penggunaan media sosial sebagai alat kampanye. Kami juga memperkuat patroli di siber dan media sosial. Meski demikian, kami juga tidak sepenuhnya melepas kampanye di lapangan. Setiap polda dan polres sudah memetakan titik rawan. Rencana operasi untuk pengamanan kampanye di lapangan pun sudah dibuat.
Adakah sinergitas antara Polri dengan tokoh agama masing-masing wilayah untuk menangkal kampanye hitam?
Sebelumnya saya selalu mengingatkan dan meminta tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk memberi pesan damai selama pilkada. Pesan-pesannya harus mendinginkan suasana yang mengajak untuk berpolitik sehat. Jadi upaya pencegahan jauh lebih penting. Meskipun Polri melakukan pengamanan terbuka maupun upaya represif dan kontijensi kalau ada peristiwa di luar dugaan kami.
Dari pengamatan Polri sejauh ini daerah mana yang paling rawan terjadi gesekan?
Biasanya daerah yang lawannya head to head dianggap rawan. Sementara calon tunggal dianggap tidak rawan karena tidak ada perpecahan suara di masyarakat.
Selain Pilkada 2018, di tahun ini banyak agenda penting yang akan digelar di Indonesia, seperti Asian Games. Bagaimana pengamanannya?
Iya tahun ini Polri akan mengamankan agenda nasional semacam pilkada serentak, IMF, Asian Games, operasi lilin, operasi ketupat, dan pengamanan akhir tahun. Belum lagi masalah rutin, kejahatan konvensional yang berpotensi tinggi, kejahatan terorisme, kriminal bersenjata di Papua. Maka dari itu saya meminta seluruh Korps Brimob daerah menghitung kerawanan di daerah masing-masing, agar Brimob di daerah bisa di-backup apabila kekurangan personel, agar ketika situasi genting pun bisa teratasi.
Soal lain. Saat ini banyak aduan di masyarakat terkait citra negatif Polri ketika melakukan tindakan hukum, bagaimana itu?
Saya tegaskan Polri jangan lakukan yang macam-macam jangan sampai disalahgunakan, anggota sok-sokan di jalan bisa tangkap orang. Kalau tangkap orang jangan sembarangan. Tangkap miras, setelah itu mirasnya diambil, lalu orangnya dilepasin. Mirasnya diminum sendiri. Itu kejadian dulu di beberapa tempat. Contoh lain tangkap gerebek judi, setelah diperiksa judinya dilepas, uangnya diambil. Saya sering mendengar cerita ini. ***
No comments:
Post a Comment