Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus mengkritik keberadaan Tim Implementasi Reformasi DPR dalam kunker ke Amerika Serikat, lantaran tugas dan fungsinya.
"Mengapa ada tim yang dibentuk DPR bekerja hampir sepanjang periode DPR? Padahal tim sebagai alat kelengkapan dibentuk untuk jangka waktu tertentu," kata Lucius dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Jumat (3/11).
Tim sebagai alat kelengkapan dewan, kata Lucius dibentuk untuk merespons masalah mendesak yang perlu penanganan segera, berdasarkan Pasal 31 ayat 2 huruf h, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib.
Menurut Lucius, keberadaan Tim Implementasi Reformasi DPR yang sudah berjalan selama tiga tahun sejak 2014, merupakan hal aneh. Apalagi tim tersebut sudah pernah mengeluarkan rekomendasi pada 2015.
Rekomendasi itu diketahui berupa penataan kawasan parlemen berupa pembangunan alun-alun demokrasi hingga pembangunan gedung baru anggota DPR.
"Mestinya dengan adanya rekomendasi tersebut, kerja tim ini juga sudah harus berakhir. Menjadi aneh ketika tim ini ibarat kapal selam, kadang muncul, hilang, tetapi kerjanya tidak jelas dan hanya menghabiskan anggaran dengan kunjungan kerja seperti ke Amerika ini," ujarnya.
Lucius menduga, keberadaan tim itu berkaitan dengan persetujuan anggaran untuk pembangunan gedung DPR pada 2018 mendatang sebesar Rp601 miliar.
"Anggaran yang disetujui dalam APBN 2018 untuk pembangunan gedung bisa jadi akan melibatkan peran anggota tim ini," katanya.
Sebelumnya, dalam keterangan kepada wartawan, Fahri Hamzah memimpin delegasi parlemen Indonesia bertemu beberapa pihak dan institusi di Washington DC dan New York, Amerika Serikat, mulai hari Rabu sampai Jumat, 1-3 November 2017.
Pertemuan pertama dilakukan dengan Clerk of House Representatives dan pertemuan dengan beberapa anggota Parlemen dari Partai Republik dan Demokrat.
"Kongres Amerika adalah salah satu contoh bagi parlemen Indonesia karena sistemnya yang hampir sama. Parlemen di manapun adalah pilar utama demokrasi dan DPR ingin mendapatkan 'insight' yang mendalam dari mereka," kata Fahri.
Kunjungan DPR ke Amerika juga dimaksudkan untuk menuntaskan rencana implementasi parlemen modern yang rekomendasinya diharapkan selesai dan dilaksanakan DPR periode ini (2014-2019).
Fahri Hamzah yang juga menjabat selaku Ketua Tim Implementasi Reformasi DPR akan melengkapi kunjungan ke Library of Congress untuk dasar memperkuat posisi DPR sebagai 'brain of nations'.
Selain mengajak serta beberapa anggota DPR seperti Abidin Fikri (FPDIP), Ibnu Munzir (Golkar), Arsul Sani (FPPP), Ahmad Sahroni (FNASDEM), Dossy Iskandar (FHANURA), Jazuli Juwaini (FPKS) dan Mulfachri Harahap (FPAN), dalam rombongan juga terdapat pimpinan dan staf badan keahlian yang telah menjadi konseptor bagi modernisasi DPR selama ini. (kid)
No comments:
Post a Comment