Saturday, November 11, 2017

Kenalan di Facebook, Helmy Ngoceh Aneh Saat Diperiksa

MASA LALU: dr Letty sudah dimakamkan kemarin. Inset, Helmy dan Letty saat masih akur.

Kabar seorang dokter ditembak mati oleh suaminya yang juga dokter, hanya karena sang istri minta cerai, cukup menyentak masyarakat. Gemas dan marah, demikian rata-rata komentar masyarakat. Terlebih belakangan diketahui, sang istri ternyata sudah pernah melaporkan suaminya ke polisi karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bagaimana akhir ceritanya?

Indra Bonaparte, Jakarta

INDOPOS.CO.ID - Sang suami adalah dr Helmi, diketahui seorang dokter ahli kecantikan. Ia menembak istrinya, dr Letty hingga tewas pada Kamis siang (9/11) pukul 14.00 di Klinik Azzahra Medical yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika No.352 RT 04 / RW 04 Cawang Jakarta Timur. Klinik tersebut merupakan tempak praktek dr Letty sehari-hari. 

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, dalam penyelidikan maupun dari pemeriksaan penyidik terhadap pelaku, terungkap pelaku sudah menyiapkan dua pucuk pistol yang dibawanya di dalam tasnya saat menemui isterinya itu. 

Dituturkan Argo pula, menjelang kejadian, Helmi memang sengaja menemui isterinya untuk membicarakan proses perceraian terkait gugatan cerai isterinya di Pengadilan Agama Jakarta Timur. Helmi memang sejak awal menolak digugat cerai isrerinya. Namun sidang tetap berlanjut, dan sidang putusan cerai akan digelar di Pengadilan Agama Jakarta Timur pada hari Selasa 21 November 2017 nanti.

"Jadi karena jadwal sidang putusan (cerai) tanggal 21 November nanti, makanya dia (pelaku) ingin menemui korban dulu untuk membicarakan (perceraian) itu. Namun sebelum menemui korban, dia juga sudah menyiapkan senjata api," terang Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat (10/11).

Pernikahan antara pelaku dan korban sendiri sudah berjalan lima tahun. Namun empat bulan lalu dr Letty mengajukan gugatan cerai kepada suaminya itu. Korban tidak tahan lantaran suaminya kerap melakukan KDRT. Apalagi korban tahu kalau suaminya pernah memperkosa wanita yang merupakan karyawati di salah satu klinik kecantikan di Jakarta Timur pada tahun 2014 lalu. 

Dalam penyelidikan polisi terungkap bahwa pelaku yang menjadi dokter di klinik kecantikan itu, memperkosa karyawati klinik. Akibatnya Helmi dipecat dari klinik, dan sejak itu pelaku menganggur. Belakangan kasus perkosaan tersebut berakhir secara damai tanpa proses hukum hingga ke pengadilan. Namun lantaran pelaku menganggur, maka semua kebutuhan hidup ditanggung. Meski begitu, tingkah polah pelaku yang kerap menempeleng isterinya itu yang membuatnya menggugat cerai Helmi. 

Dalam pemeriksaan penyidik juga terungkap, pelaku menemui isterinya dengan menumpang ojek online dari rumahnya pada Kamis siang (9/11) pukul 14.00. 

Sebelum berangkat, pelaku sudah menyiapkan dua pucuk senpi jenis FN dan Revolver rakitan yang sudah penuh peluru dan dimasukkan ke dalam tas miliknya. Kepada penyidik, pelaku mengaku, awalnya dia hendak membicarakan masalah perceraian yang memang sejak awal sudah ditentangnya. Sedangkan senpi dibawanya untuk menakut-nakuti isterinya agar membatalkan gugatan perceraian itu. 

Sekitar 20 menit menumpang ojek online, pelaku tiba di Klinik Azzahra Medical yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika No.352 RT 04 / RW 04 Cawang Jakarta Timur. Saat itu korban sedang asyik berbincang dengan pegawai kasir klinik bernama Nabila, 23. 

Helmi yang langsung menghampiri korban lantas memintanya untuk berbicara empat mata di dalam ruang praktek korban sendiri. Namun permintaan pelaku ditolak empat mata oleh korban. Sontak percekcokan pecah diantara pasangan suami istri ini. Saat sedang cekcok itulah, mendadak pelaku mengeluarkan senpi dari dalam tasnya dan langsung diarahkan ke korban. 

Melihat moncong pistol mengarah kewajahnya, kontan korban berlari ketakutan masuk ke dalam ruang  administrasi dan mengunci pintu ruangan itu. Sedangkan Nabila dan karyawan klinik bernama Abdul Kadir, 27, yang sejak awal menyaksikan percekcokan, langsung kocar-kacir kabur ketakutan melihat pelaku tahu-tahu sudah menenteng dua pistol. 

Helmi yang sudah kesetanan langsung mengejar korban dan mendobrak pintu ruangan administrasi. Namun usahanya gagal. Pelaku lalu mengintip Letty dari lubang administrasi kemudian menembakinya secara brutal. 

Saksi mata menyebutkan, pelaku melepaskan belasan tembakan dari kedua pistolnya itu. Namun dari jasad korban ditemukan enam lubang peluru bekas tembakan. Pelaku menembaki korban dengan cara menjulurkan tangannya yang sudah menggenggam pistol melalui lubang keluar masuk arsip atau dokumen yang biasa ada di ruangan-ruangan administrasi klinik pengobatan. 

"Jadi dari pengakuannya, dia menembaki isterinya itu sampai pelurunya habis. Dia menembaknya dari lubang sempit untuk keluar masuk dokumen di ruangan administrasi klinik itu," papar Argo. 

Helmi Naik Ojek Serahkan Diri ke Polda

Usai menembaki isterinya, Helmi meninggalkan klinik dan langsung menumpang ojek pangkalan yang diminta untuk mengantarkannya ke Mapolda Metro Jaya untuk menyerahkan diri.  "Dia (pelaku) tiba di Mapolda Metro sekitar pukul 16.00, Dia lalu masuk ke Polda lewat pintu keluar masuk khusus pejalan kaki yang ada di sisi utara di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan," urai Argo.

Sesuai protap, setiap tamu pejalan kaki yang hendak masuk ke dalam wilayah polda pasti diperiksa isi tasnya. Saat petugas jaga mendapati dua pucuk senpi di dalam tas Helmi, sontak petugas jaga langsung mengamanan Helmi berikut isi tasnya itu. Kepada petugas jaga, Helmi terus terang mengatakan kalau dia baru saja membunuh isterinya, dan dia datang ke sini untuk menyerahkan diri. 

Aparat Subdit Jatanras Polda Metro Jaya yang dihubungi langsung mendatangi pintu masuk utara untuk mengamankan Helmi, dan menggiringnya ke gedung Direktorat Reskrimum. Barang bukti senpi jenis Revolver dan FN disita untuk barang bukti. 

"Saat ini masih dilakukan pengembangan penyidikan untuk mengungkap asal senpi-senpi dan pelurunya tersebut," kata Argo.

Keterangan yang dihimpun menyebutkan, ketika diperiksa penyidik, Helmi kerap berbicara ngawur tak karuan. Helmi mengaku menembaki isterinya hingga tewas hanya untuk menjalankan perintah saja. Namun dia tak menyebutkan siapa yang memerintahkannya itu. "Perintah, perintah. Saya hanya diperintah," lontarnya saat diperiksa penyidik.

Selain itu, dalam pemeriksaan tes urine, hasilnya urine Helmi positip mengandung zat Benzodiazepine atau zat Benzo yang biasa menjadi bahan baku obat penenang. Helmi menjawab gusar ketika ditanya untuk apa mengomsumsi obat penenang.

"Gua punya gangguan psikotik. Lu  tau gak gangguang psikotik ? Tanya dokter !" hardik Helmi kepada penyidik. 

Namun dengan nada lirih Helmi berguman sendiri kalau dirinya akan menyusul isterinya. Namun sejurus kemudian pernyataan Helmi kembali ngawur.  "Renkarnasi, renkarnasi, renkarnasi. Semua yang mati pasti akan pindah ke tubuh yang lain. Jiwa Lety akan masuk ke tubuh yang lain," teriaknya sendirian.

Terpisah, adik ipar dr Letty, Dedi Tantular mengungkapkan, pelaku kerap menenggak obat penenang. "Dia itu sering minum obat penenang kalau sedang stres. Kelakuannya kayak orang psikopat," ungkap Dedi. "Kakak saya malah pernah mau dibakarnya sama dia itu," tambahnya.

Sementara Maya yang merupakan isteri Dedi menambahkan, korban yang sering dipukuli bahkan pernah mau dibakar dan melaporkan kekerasan itu  ke Mapolres Jakarta Timur. Meski sudah dibuatkan hasil visumnya, namun lantaran korban mencabut laporannya, akhirnya kasus tersebut ditutup.

Hal itu diakui Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana terkait laporan KDRT yang dibuat korban. "Iya memang pernah (korban) melaporkanbya (pelaku) terkait kasus KDRT, tapi pelapor mencabut laporannya," ujar Sapta.

Bukan hanya itu,  Helmi pernah pula dilaporkan oleh salah satu karyawati di sebuah klinik tempatnya bekerja dengan tuduhan perkosaan. Namun karena kasus perkosaan itu tidak dilaporkan korbannya secara resmi, sehingga tak bisa diproses hukum. Meski begitu Helmi tetap saja dipecat dari pekerjaannya pada 2014 lalu. 

Sementara, Afifi Bachtiar, kakak kandung korban minta agar pelaku dihukum yang setimpal dengan perbuatannya.  Adiknya kerap menceritakan tingkah laku Helmi kepadanya. Lety mengeluhkan sikap pemalas Helmi. "Kalau dengan keluarga lain, Helmi ini orangnya baik, ceria-ceria saja. Tetapi, kalau di rumah, Helmi ini pemalas," jelasnya.

Ia melanjutkan, Helmi menunjukkan sikap pemalasnya setelah dua tahun menikah. Dia jarang keluar rumah meski merupakan dokter kecantikan. Tiap hari kerjanya hanya menonton televisi, bahkan untuk uang rokok saja pelaku selalu meminta uang kepada istrinya.

"Adik saya itu ramah dan penuh kasih sayang, kami sangat kehilangan dia," ujar Afifi lirih.

Ia menambahkan kalau adiknya sudah dimakamkan di  Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kemiri Rawamangun Jakarta Timur pada Jumat siang (10/11).

Diungkapkannya pula, adiknya mengenal Helmi dari jejaring sosial Facebook. Bahkan, Lety juga menceritakan hal tersebut ke seluruh keluarganya. Tidak beberapa lama kemudian, Lety memutuskan untuk menikah dengan Helmi. "Karena memang baik, jadi kami keluarga juga merestuinya," ujarnya. 

Pada awal pernikahan memang tidak ada masalah. Namun, memasuki tahun kedua mulai terjadi keributan yang didengar keluarga. "Kalau ribut adik saya juga suka cerita, apalagi sejak Helmi nganggur. Tapi kenapa ketika adik saya menggugat cerai suaminya itu malah dibunuh," pungkasnya dengan wajah sedih.  (*)

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...