Oleh Harmoko
KISAHNYA terjadi pada zaman Yunani kuno, sebuah ekspedisi penyerbuan kota Troya menggunakan taktik tipu muslihat unik. Kota Troya takluk hanya gara-gara sebuah patung kuda raksasa yang terbuat dari kayu.
Saat itu bangsa Akhaia (Yunani) melakukan ekspedisi pasukan ke Troya. Sepuluh tahun peperangan berlangsung, tidak membawa hasil. Banyak pahlawan tewas. Ide cemerlang pun muncul. Pasukan Yunani membuat patung kuda kayu berukuran raksasa.
Setelah patung jadi, para pasukan Akhaia masuk ke dalam patung itu. Karena sudah tidak lagi melihat ada pasukan Akhaia, para prajurit Troya mengira mereka telah mundur. Patung kuda raksasa yang ditinggalkan di pinggiran kota itu mereka kira sebagai pernyataan kekalahan.
Orang-orang Troya membawa patung kuda itu ke dalam kota dan merayakan kemenangannya. Malam harinya, para prajurit yang bersembunyi di dalam patung keluar dan membuka gerbang kota. Satu per satu di antara mereka pun masuk, kemudian meluluhlantakkan kota Troya.
Itu dulu. Sekarang, ketika banyak tenaga kerja dari Cina menyerbu Indonesia melalui paket investasi, tidak sedikit orang mengingatkan kemungkinan negara Cina sedang mempraktikkan Strategi Kuda Troya itu.
Investasi dari RRC ke Indonesia di satu sisi sangat kita butuhkan. Presiden Jokowi juga telah memastikan bahwa RRC terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, berupa 24 pelabuhan, 15 bandar udara, jalan sepanjang 1.000 kilometer, rel kereta api sepanjang 8.700 kilometer, dan pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt.
Investasi itu dijalankan dalam program Turnkey Project Management, model investasi yang menyatupaketkan antara dana, bahan baku, dan pekerja. Artinya, selain dana, RRC juga mewajibkan bahwa bahan baku dan pekerja harus didatangkan dari negaranya.
Kedatangan para pekerja dari RRC itu kemudian menuai protes banyak pihak. Menyikapi protes ini, pemerintah mengajukan logika aneh. Katanya, selama ini tenaga kerja dari Indonesia juga menyerbu negara lain. Ada yang ke Saudi Arabia, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan sebagainya. Mengapa ini kita sebut logika aneh?
Aneh, mengingat kepergian tenaga kerja Indonesia ke negara lain itu memang dibutuhkan oleh negara bersangkutan, selain karena terbatasnya peluang kerja di dalam negeri. Sedangkan tenaga kerja dari Cina ke Indonesia, selain tidak kita butuhkan juga terindikasi ada agenda lain. Agenda apa?
Itulah yang harus diwaspadai. Jangan hanya diwaspadai, tetapi juga harus ditelisik, mengingat RRC punya agenda yang disebut One Belt One Road. Agenda ini, seperti disebutkan oleh Martin Jaques dalam bukunya yang berdujul When China Rules The World, untuk menancapkan hegemoninya di kawasan strategis yang kaya sumber migas.
Kewaspadaan itu mutlak kita lakukan mengingat RRC memiliki catatan sejarah yang tidak indah dalam hubungannya dengan Indonesia. Jangan sampai, misalnya, kita menjadi korban Strategi Kuda Troya yang dilakukan oleh RRC. Mudah-mudahan tidak begitu. (*)
No comments:
Post a Comment