
INIKATA.com – Kasus Habieb Rizieq Shihab dihentikan Polri, hal tersebut diungkap Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Minggu, (17/06)
Kendati Indonesia Police Watch (IPW) mengapresiasi langkah Polri yang sudah mengeluarkan SP3 dalam kasus Habib Riziq Shihab. Namun, diharapkan Polri segera memburu dan menangkap para pelaku kasus video porno yang mirip anggota DPR Fraksi Gerindra bernisial AR.
Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, dalam kasus video porno yang mirip AR, alat buktinya sangat jelas dan tidak ada alasan bagi Polri untuk tidak mengusutnya.
"Jika Polri mengaku tidak memiliki alat bukti dalam kasus itu, IPW siap memberikannya kepada Polri. Jika kasus ini tidak segera diusut akan muncul kesan di publik bahwa Polri bersikap aneh, diskriminatif dan tidak transparan," kata Neta Pane
Neta melanjutkan, publik akan menilai, sikap kepolisian belakangan ini cenderung aneh, tidak terbuka dan sangat tertutup. Sehingga menimbulkan berbagai spekulasi yang merugikan Polri itu sendiri. Sikap aneh Polisi, kata dia, ditandai sejak kasus kerusuhan di Rutan Brimob Kelapa Dua Depok.
"Dimana Polri mengatakan tidak ada yang tewas, padahal sejak tengah malam publik sudah mengetahui ada lima polisi yg tewas dibantai napiter dan akhirnya polri baru mengakui hal itu menjelang sore, setelah kematian itu terjadi 20 jam.
Anehnya lagi sudah berminggu-minggu polri belum juga menjelaskan siapa pelaku pembantaian kelima polisi tersebut," ujar Neta.
Neta menilai, sikap Polri yang tertutup ini membuat kelima polisi yang dibantai itu seperti mati konyol.
"Anggotanya sendiri tidak mereka bela, bagaimana polisi bisa membela masyarakat, dan ini yang membuat polri terlihat aneh," katanya.
"Jadi jangan heran jika dalam kasus SP3 Rizieq, Polri pun sempat sangat tertutup, sambung Neta.
Ia melanjutkan, sejak awal IPW yakin, SP3 itu sudah dipegang Rizieq. Sebab tidak mungkin pengacaranya dan Rizieq Shihab berani mengumumkan ke publik jika SP3 tersebut belum mereka pegang.
"Jika mereka berbohong tentunya mereka akan terkena sanksi hukum yakni mempermalukan institusi Polri. Persoalannya kenapa polri menutupi hal ini?, Itu tak lain karena polri merasa malu kepada publik," paparnya.
Ia mencontohkan, kasus kematian lima polisi di Rutan Brimob misalnya, bagaimana polisi tidak malu, sebab sebuah markas pasukan elit Kepolisian bisa dikuasai teroris selama 36 jam dan teroris berhasil membantai 5 polisi sementara teroris yang tewas hanya satu.
Bagaimana pun ini kemenangan teroris yang memalukan polisi.
"Begitu juga dalam kasus Rizieq, Polri tak kunjung mendapatkan alat bukti yang konkrit untuk menjerat Rizieq, dan secara hukum kasus seperti ini harus di-SP3. Kenapa kasus Rizieq harus di-SP3, karena alat buktinya tidak jelas," jelasnya.
Sementara dalam kasus video porno yang mirip anggota DPR dari Fraksi Gerindra, lanjut dia, Polisi tak kunjung bertindak. Polisi mendiamkan kasus tersebut. Padahal saksi-saksi yang melakukan porno aksi sangat jelas, ada 2 perempuan dan 1 lelaki.
"Tapi kenapa Polisi mendiamkan kasus yang alat buktinya sangat jelas dan polisi hanya sibuk memburu kasus Rizieq yang tidak jelas alat buktinya. Sikap polisi yg aneh ini tdk boleh dibiarkan," ujarnya
Ia berharap, Polri sebagai institusi yang dibiayai rakyat, harus transparan kepada rakyat. Sehingga rasa keadilan tercipta dan rasa keadilan benar-benar bisa dirasakan. Dan polisi tidak diskriminatif dalam melakukan penegakan hukum.
"Untuk itu, setelah kasus Rizieq di-SP3, Polri harus menuntaskan kasus porno aksi yang mirip anggota DPR tersebut," tutup Neta. (**/fin)
No comments:
Post a Comment