NGAMPRAH, (PR).- Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut empat, Dedi Mulyadi mengaku menerima banyak serangan kampanye hitam dari tim pesaingnya. Meski begitu, dia menilai, berbagai kampanye hitam yang sengaja dimunculkan itu merupakan ujian sekaligus jalan terjal bagi calon pemimpin.
"Saya sudah terbiasa menghadapi hal-hal yang seperti ini. Bukan hanya hari ini, sejak zaman wakil bupati, saya terbiasa dengan isu serangan-serangan, yang selalu diarahkan pada tujuan politik. Ini namanya black campaign," kata Dedi di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu 20 Juni 2018.
Dia menyebutkan, sejumlah kampanye hitam tersebut di antaranya ialah mengenai isu gizi buruk pada balita di Purwakarta, di mana Dedi pernah menjadi bupati. Kemudian pernyataan beberapa ulama di Purwakarta yang terkait dengan partai politik tertentu.
"Kemudian muncul lagi, misalnya, pada aspek-aspek yang bersifat pembangunan. Ada pembangunan jembatan ratusan miliar yang mangkrak. Saya jadi aneh, karena saya tidak pernah menganggarkan jembatan ratusan miliar," kata Dedi Mulyadi.
Demikian pula dengan isu mengenai pembangunan masjid yang mangkrak maupun penghasilan tetap perangkat desa di Purwakarta. Dedi menilai, isu itu dihembuskan sebagai kampanye hitam untuk menyerangnya.
"Kemudian saya berutang Rp 35 miliar. Lho, saya bilang aneh. Pemda ini mempunyai kontrak dengan 11 rumah sakit. Tujuannya kan mengobati masyarakat. Memang di Purwakarta setiap orang yang berobat di rumah sakit itu gratis, asal mau di kelas 3. Proses pembayarannya itu bertahap, sesuai kontrak," ucap dia.
Disampaikan masif oleh relawan peserta Pilgub Jabar 2018 lain?
Yang menarik, lanjut dia, isu-isu tersebut disampaikan secara masif kepada publik oleh salah satu relawan pasangan calon di Pilgub Jabar 2018, yang notabane merupakan rivalnya. "Saya melihat pada perjalanan politik ini, marilah kita beradu program. Marilah kita beradu gagasan saja," ujar Dedi Mulyadi.
Dedi pun mengaku tak heran jika kemudian muncul kampanye hitam berupa dukungan dari kelompok paranormal yang tidak dikenalinya, atau ketika tiba-tiba muncul video mengenai seorang kakek yang diskenariokan menjadi dukun.
"Jadi, anggap sajalah ini bumbu untuk menghadapi kemenangan pada 27 Juni 2018. Kalau dari sisi aspek personality saya, saya tidak akan melakukan upaya hukum apapun. Namun, memang tim kampanye kami dulu pernah melaporkannya ke Bawaslu," ucapnya.
Di tempat yang sama, Endang Ewed (81) mengaku telah berpura-pura menjadi dukun untuk kampanye hitam pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Namun, dia menyatakan tak tahu maksud pembuatan video dan hanya menuruti permintaan dari beberapa warga Kota Bandung.
"Saya kedatangan tamu dari Bandung. Waktu itu mengobrol biasa. Dia ada perlu, jadi minta antar kepada saya. Saya enggak tahu apa-apanya. Setelah diantar, saya diminta membakar menyan. Semuanya sudah disiapkan oleh mereka," kata Endang, warga Kampung Jayanti, Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur.
Awalnya, Endang mengaku sempat menolak permintaan tersebut. Namun, dia diberi uang Rp 200 ribu, sehingga bersedia melakukan permintaan dari orang-orang Bandung tersebut. "Semua ini disuruh, saya cuma mengikuti. Saya juga enggak memotong kambing. Cuma ada kepala kambing di dalam dus, itu dibawa oleh mereka," kata dia.***
No comments:
Post a Comment