Dari semua skenario yang mungkin terjadi di Rusia musim panas ini, salah satu yang paling kurang mungkin terjadi adalah Argentina dan Portugal bertemu di final. Tidak hanya karena kedua tim bukan favorit utama, tetapi juga karena itu berarti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi – dua pemain terbaik di generasi mereka – akan bertemu untuk memperebutkan trofi terbesar di dunia. Dan itu hampir tidak mungkin terjadi.
Anda mungkin bisa berargumen bahwa hal tersebut terjadi pada 1998, ketika Zinedine Zidane dan Ronaldo berhadapan di Stade de France, meski sebetulnya Zidane baru benar-benar berkembang menjadi pemain kelas dunia sejati di pertandingan tersebut. Jadi Anda hanya bisa mengatakan bahwa hal itu pernah terjadi pada final 1974 – ketika Sang Kaisar bertemu dengan Sang Raja.
Terlalu Jarang Terjadi
Bahwa Franz Beckenbauer dan Johan Cruyff harus berhadapan satu sama lain di panggung terbesar dunia menjadi situasi yang semakin aneh ketika Anda mempertimbangkan fakta mengejutkan ini: keduanya hanya bertemu di empat pertandingan kompetitif di sepanjang karier mereka. Setahun sebelum final Piala Dunia itu, keduanya menjadi kapten tim masing-masing di leg pertama perempat final Piala Eropa antara Ajax dan Bayern Munich (Cruyff harus absen di laga selanjutnya karena cedera).

Dan kemudian ada dua pertemuan di NASL beberapa tahun kemudian, di tahun 1979 dan 1980, ketika New York Cosmos yang diperkuat Beckenbauer melawan Los Angeles Aztecs dan Washington Diplomats yang dibintangi oleh Cruyff. Hanya itu.
Mungkin yang paling aneh adalah ini: meski kemenangan Jerman Barat di tahun 1974 menghadirkan kekesalan yang besar di Belanda, dan menjadi titik mula salah satu rivalitas terpanas di dunia sepakbola, kedua kapten tim tidak hanya saling menghormati satu sama lain sebelum dan sesudah hari pertandingan di Munich, tetapi juga menjadi teman baik. Ketika Cruyff meninggal dunia pada Maret 2016, Beckenbauer mengunggah sebuah tweet, "Saya terkejut – Johan Cruyff telah tiada. Ia bukan hanya seorang teman baik, tetapi juga seorang saudara bagi saya."
"Saudara" bukan kata yang berlebihan jika Anda menganalisis kemiripan antara kedua pemain ini, dimulai dengan tiga gelar juara Eropa yang mereka menangkan secara beruntun. Keduanya juga tidak bermain di Piala Dunia 1978, meski masih sama-sama aktif bermain. Keduanya meninggalkan Eropa untuk pindah ke Amerika Serikat sebelum mengakhiri karier mereka di rival besar klub masa muda mereka (Cruyff di Feyenoord dan Beckenbauer di Hamburg). Dan mereka bahkan sama-sama terjun ke dunia kepelatihan hanya berselisih beberapa bulan, di musim 1984/85.
No comments:
Post a Comment