
Prabowo Subianto/Kompas
intelijen – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra telah memutuskan untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres di Pilpres 2019 mendatang.
Anehnya, hal ini justru disambut gegap gempita oleh pendukung, relawan dan partai-partai pendukung petahana Jokowi.
Mereka seolah bersorak sorai bergembira mengetahui lawan Jokowi adalah Prabowo pada kontestasi pemilihan Presiden lima tahunan.
Praktis, fenomena ini dinilai aneh dan menggelitik nalar politik awam.
"Pertanyaannya sederhana siapa yang senang ketika Prabowo menerima mandat dari kader Gerindra sebagai Capres?. Kita lihat saja siapa yang riang gembira dan bertepuk tangan. Ternyata yang senang adalah 'geng' Jokowi bukan koalisinya Prabowo," kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago dalam rilisnya, Minggua(15/4/2018).
Pangi menilai, ada kesan dari poros Jokowi bahwa Pilpres kali ini akan dimenangkan secara mudah, setelah Ketum Gerindra itu memutuskan berlaga kembali. Mereka pede skenario 'geng' Jokowi akan kembali mempercundangi poros Prabowo.
"Jadi agenda setting geng Jokowi ini kelihatan sekali. Bagaimana caranya agar terulang kembali head to head Jokowi dengan Prabowo. Karena faktanya Jokowi sudah pernah mengalahkan Prabowo di Pilpres 2014. Sedangkan sekarang, yang dilawan Prabowo adalah Jokowi sebagai incumbent. Dulu Jokowi bukan incumbent saja Prabowo kalah," beber Pangi.
Selain itu, dia melanjutkan, indikasi lain poros Jokowi meremehkan Prabowo adalah langkah Luhut Binsar Pandjaitan yang kabarnya ikut mendorong Prabowo maju sebagai Capres.
Bukan mustahil juga, kata Pangi, kalau Prabowo maju, mungkin sudah ada deal lain atau bonus yang akan diperoleh Prabowo.
"Maju tapi kalah, enggak apa-apa, kalau Prabowo berdagang di situ, dan kalau Prabowo maju maka otomatis juga mengangkat elektabilitas Gerindra. Kalau Prabowo head to head sama Jokowi, itu artinya sama saja Prabowo kembali memberikan tiket gratis kepada Jokowi kembali menjadi presiden dua periode," terang Pangi menganalisis.
Seharusnya, tambah dia, Prabowo belajar banyak dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang selalu kalah saat maju sebagai Capres. Kemudian Megawati lebih memilih menahan diri dan merelakan PDI-P untuk mengusung Jokowi sebagai Capres di Pilpres 2014 lalu.
No comments:
Post a Comment