Tuesday, April 10, 2018

Alami Penyakit Aneh Selama 30 Tahun, Papuq Cenah Butuh Bantuan

Giri Menang (Suara NTB) – Papuq Cenah (63) warga Dusun Lendang Sedi Desa Giri Sasak Kecamatan Kuripan menderita penyakit aneh. Terdapat benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa di bagian kelopak matanya. Penyakit ini diderita Papuq Cenah yang tinggal di lereng Gunung Sasak ini sekitar puluhan tahun lamanya.

Selama ini, Papuq Cenah hanya berobat ke dukun, lantaran tak punya BPJS. Papuq Cenah yang hidup tanpa suami dan anak ini juga takut dirawat di rumah sakit, karena khawatir meninggalkan rumah.

Muliana cucu dari Papuq Cenah menuturkan neneknya menderita penyakit aneh membengkak kelopak mata sejak 30 tahun lalu. "Nenek saya mengalami penyakit ini sejak 30 tahun lebih, nama penyakitnya ini belum diketahui apakah timor. Orang di sini biasa menyebut "ngayah", tutur Muliana, Senin, 9 April 2018.

Awal mula penyakit neneknya ada bintik merah di mata, disertai rasa perih dan gatal. Neneknya pun dibawa berobat ke dukun daerah setempat. Karena kurang diperhatikan, lama kelamaan benjolan di mata neneknya semakin membesar. Hingga 4 tahun lamanya dibiarkan, barulah neneknya merasakan sakit. Awalnya benjolan hanya sebesar tahi lalat, namun lambat laun menyamai buah buah pinang.

Namun saat itu pun neneknya tidak dirawat di rumah sakit, karena alasan memang tidak ada BPJS dan neneknya takut dirawat. Di saat benjolan sudah begitu besar dirasakannya, sepeti kepalan tangan orang dewasa Papuq Cenah pun mau diperiksa ke puskesmas. Namun ia hanya diberikan obat oleh pihak puskesmas. Saat itu neneknya diminta dirujuk ke rumah sakit oleh puskesmas, karena tak mampu ditangani, bahkan saat itu disampaikan pihak medis bahwa kemungkinan besar nenek nya dioperasi.

Namun saat itu neneknya tidak mau dirujuk, dengan alasan tidak ada biaya sementara BPJS juga tidak ada. "Nenek saya juga tidak berani saat itu, ditawarkan untuk diuruskan dokumen nya untuk berobat," ujarnya.

Belakangan foto kondisi neneknya menjadi viral di media sosial, sehingga banyak yang berdatangan melihat kondisi neneknya. Termasuk Kepala Desa Giri Sasak juga dari dulu menawarkan agar neneknya dirawat intensif di rumah sakit. Alhasil, neneknya pun sanggup dirawat dan dioperasi. Pihak desa dan Puskesmas Kuripan siap membantu untuk pembuatan BPJS.

Semasa hidup Papuq Cenah bekerja sebagai perajin anyaman tikar dari daun pandan. Selama sehari ia mampu membuat satu Lembar. Hasil jual satu lembar hanya dihargakan Rp 10-15 ribu. Semenjak neneknya menderita penyakit ini, terutama ketika benjolan di matanya semakin membesar, Papuq Cenah tidak lagi bisa pergi mencari nafkah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup, Papuq Cenah berharap belas kasihan keluarga.

Kades Giri Sasak Hamdani, menyatakan terkait persoalan Inaq Cenah pihak desa bukan tutup mata membiarkan sejak lama menderita penyakit tersebut. Pasalnya sejak awal mula ia menjabat kades, ia sudah meminta agar Papuq Cenah dirawat intensif. Bahkan ketika penyakit yang diderita nenek Cenah kian parah, pihak desa sudah menawarkan agar dibawa ke rumah sakit. "Tapi nenek Cenah Ndak mau, Tapi setelah mencuat di media sosial banyak yang tahu alhamdulillah nenek Cenah mau dibawa ke rumah sakit," ujarnya.

Terkait masalah BPJS pihaknya sudah menguruskan ke dinas sosial agar mendapatkan bantuan dari Pemda. Selanjutnya ia ke Dikes untuk diproses oleh Dikes agar penanganan nenek Cenah bisa sesegera mungkin. (her)

BERITA TERKAIT :

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...