Thursday, March 22, 2018

Ini Suku Paling Misterius, Ada Manusia Berkepala Hewan?

JAKARTA, NNC - Boleh dikatakan bahwa suku ini merupakan suku yang paling misterius di dunia, setidaknya di Indonesia. Suku yang dimaksud adalah Suku Moro di Pulau Morotai. Pulau Morotai adalah salah satu pulau di Kepulauan Halmahera, Maluku Utara.  

Masyarakat di Kepulauan Halmahera meyakini bahwa Suku Moro merupakan suku yang mendominasi sebuah kerajaan bernama Kerajaan Jailolo. Kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. 

Namun, ketika masuknya Portugis pada abad ke-15, rakyat dari Kerajaan Jailolo, yaitu Suku Moro, terdesak ke dalam Hutan Morotai. Setelah itu Suku Moro ini seperti raib di dalam hutan. Ada anggapan bahwa Suku Moro pindah ke pulau lain, yang diperkirakan ke Filipina. 

Tapi kisah dan cerita masyarakat Halmahera tentang Suku Moro tetap menjadi cerita hangat di kalangan masyarakat Halmahera hingga saat ini. Mereka juga yakin bahwa suku Moro itu tidak pindah ke Filipina, tetapi menetap di Hutan Morotai.

Beberapa tetua adat di Pulau Morotai mengatakan dengan sangat yakin bahwa Suku Moro merupakan penduduk asli Pulau Morotai. Tidak diketahui apakah Suku Moro di Morotai ada hubungan dengan Suku Moro di Filipina. Belum pernah ada penelitian tentang hal ini.

Masyarakat Halmahera hingga saat ini meyakini perkampungan Suku Moro masih ada, banyak pantangan untuk tidak sembarang menebang pohon atau membunuh binatang karena diyakini pohon atau binatang itu adalah jelmaan dari Suku Moro

Ada sebuah cerita, tentang penduduk setempat yang pernah berjumpa dengan Suku Moro, di mana suatu ketika penduduk tersebut hendak pergi ke ladang, ia bertemu dengan sepasang ular belang. Karena takut digigit ular tersebut, maka ia pun membunuh kedua ekor ular tersebut.

Tidak berapa lama, ia mengalami suatu hal yang aneh. Ia pingsan dan ketika sadar ia telah berada di salah satu rumah yang ternyata adalah rumah kepala kampung. Kedua ekor ular yang ia bunuh tersebut adalah jelmaan dari warga Suku Moro

Setelah meminta maaf atas ketidaktahuannya, sang kepala desa Suku Moro membolehkannya kembali ke dunia nyata, dengan syarat membawa satu rangkai buah pinang berwarna kuning (yang telah masak) dan satu rangkai buah pinang berwarna hijau (masih muda/belum masak). 

Awalnya, ia menolaknya dengan alasan di kampungnya juga banyak terdapat buah pinang. Namun, demi menghormati sang kepala desa ia mangambil sebiji buah pinang berwarna hijau, tak lama sang kepala desa membawanya ke sebuah telaga, dan diperintahkannya untuk membasuh muka. Setelah membasuh muka, ia pun telah berada di tempat semula, di mana ia membunuh kedua ekor ular tadi. 

Setelah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan betapa kagetnya ketika ia temukan keluarganya sedang memperingati 7 hari kematiannya. Rupanya ia sudah dinyatakan meninggal 7 hari lalu yang bertepatan dengan saat ia membunuh ular itu. Memang, setelah membunuh ular itu, ia langsung pingsan dan tidak dilihat lagi oleh masyarakat biasa.

Maka, dirinya pun menceritakan hal yang ia alami, serta mengeluarkan buah pinang berwarna hijau pemberian kepala desa Suku Moro tersebut. Namun, betapa kagetnya karena buah pinang yang ada di tangannya kini telah berubah menjadi sebongkah perak berbentuk buah pinang.

Bukan hanya itu, masih banyak kisah aneh dan penuh misteri sekitar Suku Moro itu. Kisah-kisah itu, seperti "sepotong tangan melayang sambil menjepit rokok di jarinya" atau "suara tanpa terlihat oknumnya", biasanya langsung dianggap sebagai aktivitas orang Moro. 

Ada juga kisah aneh yang sering dialami masyarakat di Morotai yang berpapasan dengan Suku Moro, yang dari arah belakang terlihat seperti sosok manusia biasa, tetapi setelah dari dekat, ternyata ada keanehan, di mana wajah mereka agak aneh, seperti hewan.

Cerita lain bahwa di tengah hutan Halmahera pada suatu tempat yang dipenuhi pohon-pohon besar yang rimbun yang kira-kira seluas lapangan sepakbola, tapi anehnya di tempat tersebut tidak satu pun daun tergeletak di tanah, seperti telah disapu bersih. Di tempat ini tidak ada tanda-tanda bangunan, pondok, atau semacamnya, tapi terdapat tungku batu yang masih hangat seperti orang baru selesai memasak.

Ada sebuah film, yang seperti berhubungan dengan Pulau Moro. Mungkin kisah tentang Suku Moro ini menarik perhatian dunia luar, sehingga diangkat dalam sebuah film, yang berjudul "The Island of Doctor Moreau" dari novel karya HG Wells.

Dalam ceritanya, tentang seorang kulit putih yang terdampar di Pulau Moreau (Moro) dan ditemukan oleh sekelompok nelayan yang berbicara dalam bahasa atau dialek Melayu Indonesia dan lebih mirip dengan dialek bahasa Morotai. 

Dia diantar oleh nelayan itu kepada seorang dokter yang juga orang kulit putih yang sudah lama menetap di Pulau Morotai. Dia diberi kamar istirahat dan dilarang untuk keluar dari kamar.

Tapi, karena mendengar suara aneh, dia pun penasaran, dia keluar dari kamarnya dan menuju ke arah suara aneh tadi. Tempat itu seperti rumah sakit, dia mengendap-endap, dan dia melihat beberapa orang berseragam putih-putih seperti perawat. Tapi betapa terkejutnya dia, ketika melihat salah satu dari perawat itu ternyata berwajah hewan yang sedang mengendong bayi mungil yang berbentuk aneh.

Sampai sekarang penduduk Halmahera tetap menganggap Suku Moro yang pernah menjelajahi Halmahera sebagai sosok yang penuh misteri yang saat ini bersemayam di dunia lain.

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...