Wednesday, January 3, 2018

Ini Dia Empat Bahasa Aneh di Dunia, Salah Satunya Ada di Malang Lho

Ilustrasi.(Foto : Edutopia)

Ilustrasi.(Foto : Edutopia)

JATIMTIMES, MALANG – Bayangkan bagaimana cara berkomunikasi jika tidak ada bahasa. Sebagai salah satu alat komunikasi, di dunia ada beragam bahasa yang digunakan masing-masing daerah.

Namun, selain bahasa-bahasa yang baku dan umum digunakan, rupanya ada juga bahasa-bahasa aneh yang digunakan baik sebagai kode khusus maupun budaya. Nah, MalangTIMES mencoba menghimpun enoat bahasa yang tak lazim digunakan di masyarakat luas. Ini dia bahasa-bahasa aneh itu.

1. Lingua Ignota 
Lingua Ignota adalah pertama manusia membuat bahasa. Bahasa ini diciptakan  kepala biara Hildegard dari Bingen, Jerman, di abad ke-12. Lingua Ignota berarti 'lidah tidak diketahui'. Bahasa ini kerap digunakan sebagai bahasa rahasia oleh Hildegard dan biarawati.

Hildegard adalah seorang komposer musik. Dia meninggalkan glossary hanya sekitar 1.000 kata, yang sebagian besar adalah istilah agama atau medis.

2. Laadan
Laadan diciptakan sebagai satu uji hipotesis Sapir-Whorf, yakni untuk menguji gagasan bahwa bahasa manusia tidak memadai untuk ekspresi wanita. Penciptanya adalah seorang profesor linguistik bernama Dr Suzette Haden.

Laadan dirancang untuk memungkinkan orang mengekspresikan hal-hal dalam kata-kata yang dalam bahasa Inggris hanya dapat disampaikan oleh bahasa tubuh atau nada. Jadi, misalnya, kalimat tersebut mungkin mengandung kata-kata khusus yang menunjukkan adanya isyarat.

3. Esperanto 
Bahasa ini  diciptakan pada akhir abad ke-19 oleh seorang dokter Polandia bernama Ludovik Zamenhof. Dia adalah tokoh yang ingin mengakhiri konflik antaretnis dengan mengenalkan bahasa-bahasa yang tidak umum kepada masyarakat. Tujuan Zamenhof adalah mengenalkan bahasa yang sederhana untuk pembelajaran dan kegiatan politik yang netral. 

4. Boso WalikaN
Masyarakat Malang tentu sudah tidak asing dengan Boso WalikaN atau bahasa terbalik. Sejarah Boso Walikan dimulai pada saat zaman perjuangan Gerilya Rakyat Kota (GRK). Para pejuang pada saat itu menggunakan Boso WalikaN sebagai alat komunikasi antar sesama pejuang serta sebagai identitas untuk mengenali lawan maupun kawan.

Bahasa terbalik ini digunakan karena pada saat itu, banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari orang pribumi sendiri. Otomatis, komunikasi dalam bahasa Jawa menjadi hal yang riskan karena para mata-mata itu juga pasti akan paham lantas akan membocorkannya kepada pihak Belanda. Karena itu, para pejuang menggunakan Boso WalikaN untuk mengelabui para mata-mata sekaligus untuk meminimalisasi bocornya strategi perjuangan para gerilyawan.

Sampai sekarang, Boso WalikaN masih eksis di Malang. Bahkan, masyarakat Malang berupaya menjaga bahasa itu agar tidak punah. Bahasa terbalik misalnya orang dibalik jadi gnaro, rumah jadi hamur, tidak jadi kadit, sekali jadi ilakes. (*)

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...