:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1815022/original/046396000_1514458107-showman_5.jpg)
Ada dua hal penting yang patut dicatat dalam The Greatest Showman. Yang pertama adalah bagaimana sosok PT Barnum ditampilkan.
PT Barnum, sebenarnya dicatat sebagai sosok kontroversial dalam sejarah. Kebohongan publik yang ia buat demi usahanya, jauh lebih dahsyat dibanding dengan yang ditampilkan dalam film. Contohnya saja ia pernah memperkenalkan seorang wanita tua sebagai asisten George Washington yang berumur 160 tahun. Padahal aslinya, wanita ini baru berusia sekitar 80 tahun.
Tak heran, PT Barnum selama ini dikenal sebagai sosok kapitalis yang tak segan untuk mengeksploitasi para pekerjanya. Bahkan National Geographic menyebutnya satu dari sejumlah pembohong terbesar sepanjang sejarah. Namun di film ini, sosok PT Barnum—meski tetap terlihat sebagai kapitalis nan oportunis—terasa dibentuk dengan begitu positif.
Tak hanya sosok positif yang begitu menghargai sesama, ia juga diperlihatkan begitu hangat, setia kawan, dan seorang ayah dan suami yang begitu memuja nilai keluarga.
Sebenarnya sah-sah saja bila para penulis skenario—Jenny Bicks dan Bill Condon—hendak mengangkat sosok PT Barnum seperti ini. Dan tak cuma PT Barnum yang karakternya dipelintir demi mulusnya alur film, tapi juga tokoh lain dalam film ini. Salah satunya adalah penyanyi Jenny Lind.
Nah, tugas penonton adalah tidak menelan bulat-bulat The Greatest Showman sebagai sebuah fakta yang sebenarnya.
No comments:
Post a Comment