Hal ini yang membuat Tasmuni kesulitan untuk berjalan dan beraktivitas seperti orang pada umumnya. Dia bercerita benjolan pertama muncul di bagian punggung kakinya seperti daging yang berisi air. Benjolan itu kemudian semakin besar hingga menutupi seluruh kakinya, mulai dari lutut ke pergelangan kaki.
"Sejak kelas 4 SD saya tidak bisa lagi menggunakan sepatu. Akhirnya berhenti sekolah karena tak ada biaya sekolah. Selain itu juga kakinya sakit kalau dibuat jalan," jelas Tasmuni kepada detikcom di depan rumahnya, Jumat(22/12/2017).
Dari pantauan detikcom, kondisi benjolan di kaki Tasmuni sedikit bernanah. Ini dikarenakan saat berjalan kaki, terkena batu ataupun benda tajam. Untuk menyembunyikan kekurangannya tersebut, Tasmuni menutup benjolan itu dengan celana kain yang dijahit sedemikian rupa bagian bawahnya.
"Kalau yang bagian bawah ini dipegang sudah nggak kerasa tapi kalau yang atasnya yang menggelembir ini dipegang masih terasa," katanya sambil menyingkap kain celananya.
![]() |
Anak kedua pasangan Misari dan Misati tersebut mengaku sudah beberapa kali ke dokter mulai puskesmas, RSUD Blambangan hingga ke rumah sakit Surabaya. Namun tidak ada kejelasan yang pasti penyakit apa yang diderita. Terakhir pada September 2017 lalu, bagian kecil daging dikakinya diambil sebagai sample untuk diperiksa.
"Sudah pernah ke rumah sakit di Surabaya tahun 2009 terus ke beberapa ke rumah sakit Banyuwangi, tapi masih belum tau apa penyakitnya. Kanker bukan, tumor juga bukan, kaki gajah juga bukan," katanya.
Selama ini dia hanya melakukan perawatan jalan dan mendapatkan kunjungan rutin dari petugas puskesmas terdekat. "Saya tidak mau diamputasi. Biar saja kayak gini. Tapi sekarang saya merasa benjolannya ngak tambah besar, tapi ya nggak tau lagi nanti," katanya.
Untuk aktivitasnya, Tasmuni hanya melakukan kegiatan di rumah saja. Dirinya menyibukkan diri membuat tali bambu untuk mengikat sayuran. Jika bosan dia memancing di sungai dekat rumahnya. "Ya ini kegiatan saya, kadang mancing di sungai deket rumah. Kadang bikin ini dibayar Rp 10 ribu sehari," ungkapnya.
(fat/fat)
No comments:
Post a Comment