Friday, November 3, 2017

'Stranger Things' Makin Kompleks di Musim Dua

Stranger Things Makin Kompleks di Musim DuaFoto: Stranger Things (ist)
Jakarta - Ketika musim pertamanya dirilis pada Juli tahun lalu, serial Netflix berjudul 'Stranger Things' dengan perlahan namun pasti menjadi sebuah produk yang mematikan. 'Stranger Things' tidak hanya berhasil menarik hati para kritikus namun juga menyeret semua penontonnya ke level pemujaan yang gila-gilaan.

Dengan setting 1980-an, unsur sci:fi horror yang kental, referensi pop-culture yang sahih dan pengaruh dari Steven Spielberg, John Hughes dan Stephen King, 'Stranger Things' berhasil menjelma tidak hanya sebuah serial yang sangat asyik untuk diikuti namun menjadi tontonan baru yang layak untuk ditunggu-tunggu kehadirannya.

Jika musim pertama adalah permulaan dengan perkenalan kota Hawkins, karakter anak-anak kecil dan tentunya si Eleven (Millie Bobby Brown); musim keduanya elaborasi atas pondasi tersebut. Sesuatu muncul dan membusuk di kota Hawkins. Labu-labu membusuk secara tiba-tiba. Ini menyebalkan karena Halloween sudah ada di depan mata.

Sementara itu, Will (Noah Schnapp) yang akhirnya berhasil diselamatkan dari Upside Down berusaha keras untuk menjalani hidupnya sebagai anak yang normal. Ia sempat menyatakan kemarahannya kepada sang kakak, Jonathan (Charlie Heaton), bahwa semakin orang menanyakan apakah dia baik-baik saja, semakin dia merasa seperti orang aneh.

Kenyataannya, hidup Will memang tidak normal. Meskipun dia sudah jauh dari cengkeraman Demogorgon di Upside Down, Will kerap melihat hal-hal yang seharusnya tidak ia lihat.

Sementara Dustin (Gaten Matarazzo) dan Lucas (Caleb McLaughlin) sibuk meributkan apakah gadis baru di sekolah, Max (Sadie Sink), layak atau tidak untuk masuk ke grup mereka, Mike (Finn Wolfhard) masih galau semenjak kepergian Eleven. Tiap hari dia mencoba berkomunikasi dengan Eleven meskipun dia tahu jawabannya nihil.

Yang tidak Mike tahu adalah kenyataan bahwa Eleven tinggal di kota yang sama dengan mereka. Dia sekarang dirawat oleh Jim Hopper (David Harbour) yang melarangnya untuk keluar dari rumah dan bertemu dengan teman-temannya. "Akan tiba saatnya," kata Jim selalu. Namun kesabaran Eleven sudah menipis. Lebih dari apapun, ia ingin kembali bertemu dengan teman-teman lamanya, terutama Mike.

Kemudian, dengan cepat, labu-labu yang membusuk itu bertambah banyak dan Will kemudian kerasukan sesuatu yang membuat dia sanggup berkomunikasi dengan monster Upside Down. Joyce (Winona Ryder), ibu Will, berusaha keras mencari jawabannya. Bersama dengan Hopper, mereka menghadapi sesuatu yang mengancam keselamatan kota Hawkins.

Merupakan sebuah tugas yang berat untuk kembali mempersembahkan sebuah tontonan yang musim pertamanya sudah terlanjur menjadi kesayangan semua orang. 'Stranger Things' tidak hanya menjadi sebuah hit yang tidak disangka-sangka—dibandingkan dengan serial Netflix dengan Marvel yang sudah pasti menjadi idola—namun kepopulerannya akhirnya menjadi bagian dari pop culture tersendiri.

Jika Anda bermain sosial media, hashtag #JusticeForBarb bukanlah sebuah hal yang asing. Penonton begitu terseret dengan dunia 'Stranger Things' hingga karakter seperti Barb yang hanya muncul di beberapa episode musim pertamanya dijadikan kuil bagi mereka.

Untungnya, musim kedua 'Stranger Things' tetap menyenangkan. The Duffer Brothers, sebagai kreator, tetap berhasil memberikan petualangan dan misteri yang membuat Anda tidak bisa berhenti melahap kesembilan episodenya. Dalam musim keduanya, The Duffer Brothers jauh lebih telaten dalam merangkai plot utamanya.

Dibandingkan dengan musim pertamanya, musim kedua 'Stranger Things' ini lebih koheren dalam mengurai misteri. Begitu Anda tahu kejadian aneh apa yang terjadi di musim kedua ini, Anda tidak akan bisa berhenti.

Dan seperti judulnya, semakin lama kejadian aneh semakin muncul. Namun sayangnya, tidak semua hal dalam musim kedua 'Stranger Things' ini berjalan dengan baik.

Subplot Jonathan dan Nancy (Natalia Dyer) misalnya, sepertinya hanya dibuat karena pembuatnya tahu bahwa Barb telah menjadi icon yang terlalu sayang untuk diacuhkan.

Perjalanan Jonathan dan Nancy untuk membongkar rahasia hanya karena #JusticeForBarb terasa hanya sebagai fan service saja. Tambahan karakter Billy Hargrove (Dacre Montgomery) sebagai the new hot guy sebenarnya cukup menarik untuk membuat suasana di sekolah menjadi semakin menarik.

Tapi bagian Billy flirting dengan ibu Nancy, Karen (Cara Buono), terasa begitu aneh dan out-of-place. Bagian paling fatal dari musim kedua Stranger Things adalah keputusan untuk memisahkan Eleven dan teman-teman lainnya.

Salah satu alasan kenapa Stranger Things begitu dielu-elukan waktu musim pertamanya dirilis adalah karena penonton bisa menyaksikan sebuah kisah persahabatan yang begitu menghangatkan—yang juga menjadi salah satu alasan kenapa IT bisa laris di box office selain fakta bahwa filmnya memang menyeramkan.

Bagian persahabatan antara El dan yang lain adalah faktor kunci yang menjadikan 'Stranger Things' sebuah oase yang menyegarkan. Bukan sesuatu yang baru, namun asyik untuk dirasakan. Membuat Eleven menyendiri di dunianya sendiri dan akhirnya belajar mengenai masa lalunya tidak hanya membuat musim kedua 'Stranger Things' ini kurang seru namun juga sangat disayangkan mengingat chemistry para pemainnya begitu kuat.

Keputusan ini akhirnya membuat development karakter anak-anak menjadi timpang karena Eleven mendapatkan kesempatan untuk bersinar sementara yang lain tetap stuck di Hawkins dan menjalani kehidupan yang sama. Poin plusnya adalah dalam episode solo tersebut, kita berhasil menyaksikan bahwa kegemilangan akting Millie Bobby Brown di musim pertamanya bukanlah sekedar keberuntungan. Ia memang aktor yang sangat baik.

Tapi pada akhirnya, Stranger Things adalah Stranger Things: sebuah tontonan yang menggarisbawahi kata "nostalgia". Plot dan formulanya memang tidak original.

Menonton 'Stranger Things' seperti sebuah déjà vu sekaligus sebuah kuis "Tebak Ini Referensinya Dari Mana?". Dengan kemunculan kostum Ghostbusters, game arcade, sequence yang membuat William Friedkin bangga dan film-film remaja 1980-an, musim kedua 'Stranger Things' adalah sebuah tontonan yang tidak bisa Anda lewatkan. Sekali lagi Hawkins dalam bahaya dan tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak menyaksikannya.

Stranger Things dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International

(doc/doc)


PhotoGallery

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...