Tuesday, November 21, 2017

Bukan Salah Micin, Tapi Salah Medsos

Kehidupan milenial yang serba instan kerap jadi bahan sindiran. Padahal, pola hidup yang serba instan adalah buah dari perkembangan teknologi yang tak terhindarkan.

Generasi apapun, mau tidak mau, mengalami perkembangan teknologi. Lewat teknologi, orang-orang dari berbagai generasi, berusaha membuat waktu pengerjaan banyak hal menjadi lebih singkat.

Boomers pun mengalami perkembangan teknologi pada zamannya.

Mereka, misalnya, tidak perlu lagi mengetik ulang sebuah dokumen, karena telah ada mesin foto copy. Saat ada televisi, mereka juga tidak perlu lagi pergi ke bioskop untuk memperoleh tontonan.

Namun, tetap saja yang paling banyak disindir adalah generasi milenial.

Generasi Micin

Pencarian "generasi" di Google (Foto: Google)

Menurut prediksi di mesin pencarian, dua kata teratas yang melanjutkan kata "generasi" adalah "micin" dan "milenial". Artinya, informasi seputar dua "generasi" itu sering dicari oleh banyak orang.

"Generasi milenial" mungkin tidak mengandung konotasi yang negatif. Namun, mengingat di atasnya ada "generasi micin", bisa jadi ada sebuah label negatif yang tengah berlaku untuk generasi di negeri ini.

"Generasi micin", bila ditelusuri, umumnya mengarah kepada generasi Y dan Z. Dua generasi ini juga memiliki sebutan-sebutan lain seperti "anak zaman now" dan "generasi kekinian".

Generasi ini, oleh berbagai halaman di internet, digambarkan sebagai generasi yang abai, malas, dan dangkal.

Bukti-bukti yang disodorkan umumnya adalah tingkah-tingkah ajaib mereka yang viral di internet. Contohnya, curhat di media sosial, memotret makanan, selfie, hingga perang status.

com-Kesaing Milenial Lain

com-Kesaing Milenial Lain (Foto: Thinkstock)

Tingkah-tingkah yang dianggap 'zaman now' itu sebetulnya tidak aneh-aneh amat. Mulai menyukai orang lain, sering labil, gemar curhat, dan berani unjuk diri, adalah hal yang wajar terjadi pada remaja.

Bedanya, semenjak adanya media sosial, remaja masa sekarang punya tempat penyaluran yang bisa diakses oleh semua orang.

Efeknya, pada era medsos seperti sekarang, sepuluh Awkarin seakan sudah cukup untuk menjadi sampel generasi. Padahal ada banyak milenial yang menyalurkan darah mudanya ke hal-hal yang berfaedah.

Tentu, kehadiran media sosial tidak sepenuhnya salah. Namun, perlu dipahami juga bahwa kelakuan-kelakuan ajaib remaja, adalah hal alami yang tidak juga tidak salah.

Remaja seharusnya bebas bereksplorasi seaneh apapun ia mau, tanpa perlu menghadapi kenyataan bahwa hasil eksplorasinya itu tersebar di jagat maya.

Maka dari itu, sekarang pilihannya mungkin hanya dua. Pertama, untuk remaja, pilih-pilihlah mana yang layak masuk media sosial, mana yang tidak. Kedua, untuk semua orang, berhentilah melakukan generalisasi.

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...