Friday, November 24, 2017

Batu Aneh yang Terus Membesar dan Kisah Patih Sakti dari Bali

Ki Pasung Grigis merupakan Mahapatih pada Kerajaan Bedahulu, yang juga ada kaitannya dengan Karangbuncing. Untuk melaksanakan tugasnya, juga perjalanannya pada masa itu, Pasung Grigis selalu dikawal asu atau anjing.

Berdasar Sejarah dan Budaya Bali, Ki Pasung Grigis adalah putra dari Sri Empu Indra Cakru yang berpasraman di Puncak Bukit Gamongan (Lempuyang) dan menjadi seorang patih mangkubumi yang gagah perkasa di Kerajaan Bedahulu Bali, saat Sri Tapolung (Astasura Ratna Bumi Banten) menjabat sebagai raja.

Setelah menjadi seorang patih mangkubumi, Ki Pasung Grigis akhirnya tinggal di Desa Tengkulak dekat Istana Bedahulu, di mana Raja Astasura bersemayam, dan sebagai pembantunya diangkatlah Ki Kebo Iwa alias Kebo Taruna yang tinggal di Desa Belahbatuh.

Ki Pasung Grigis yang juga disebutkan merupakan cucu dari Raja Masula Masuli dalam sejarah Dalem Gandalangu. Setelah pemerintahan Kebo Parud, pemerintahan di Bali kembali dipegang oleh keturunan dari raja-raja Bali kuna pada masa sebelumnya, yaitu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten yang berkuasa di Bedahulu, yang masih keturunan dari Raja Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lencana.

Dengan demikian Ki Pasung Grigis dan Sri Asta Sura Bumi Banten masih memiliki hubungan darah, yakni sama-sama prati sentana dari Raja Masula-Masuli.

Kesaktian, keberanian, serta ketangkasan Pasung Grigis yang bisa maya-maya dalam kisah penyerangan Majapahit ke Bali, diceritakan beliau sangat sulit ditandingi sehingga membuat Patih Gajah Mada risau.

Pada suatu malam, Gajah Mada berhasil mengumpulkan semua arya, termasuk Arya Damar yang tengah berada di sebelah utara gunung untuk diajak merundingkan siasat perang menaklukkan Pasung Grigis yang sangat kebal, sakti dan tak terlukai oleh senjata apapun.

Setelah direncanakan upaya untuk penyerangan menghadapi Pasung Grigis, maka esoknya semua pasukan Wilwatikta mulai angkat senjata, tetapi semua arah senjata dibalik ke bawah, pertanda bahwa prajurit telah takluk. Demikianlah taktik peperangan Patih Gajah Mada.

Setelah Pasung Grigis melihat prajurit Wilwatikta menyerah, maka senanglah hatinya beserta prajurit Bali Dwipa. Mereka tidak tahu bahwa itu hanyalah siasat daripada Patih Gajah Mada, sehingga mereka lupa diri kerena diliputi rasa takabur, sehingga bingung, angkuh dan bangga akan kesaktian dan kekuatannya sendiri.

Semua prajurit Wilwatikta berpura-pura menyerah kalah di depan prajurit Bali di bawah pimpinan Pasung Grigis. Berbahagialah Pasung Grigis, sesuai dengan perundingan Pasung Grigis kembali ke Tengkulak sambil berdandan tangan dengan Patih Gajah Mada diiringi para arya dari kedua belah pihak.

Setibanya di Tengkulak, lalu disuguhkan makanan serta minum-minuman yang memuaskan. Pada kesempatan inilah Gajah Mada menjalankan siasatnya dan berkata kepada Pasung Grigis

"Kanda, karena telah menjadi syarat sejak dahulu dan untuk melaksanakannya, apakah kanda mempunyai seekor anjing warna ulung dan mengerti perasaan manusia? Mohon kanda mengikatnya sekalian memberikannya nasi."

Demikianlah permintaan Gajah Mada. Betapa bahagianya Pasung Grigis,yang tidak tahu akan malapetaka yang akan menimpanya.

"Kami tidak ada rasa curiga terhadap adikku Rakrian Mada," jawab Ki Pasung Grigis.

Sambil tersenyum, Ki Pasung Grigis mengikat anjing dalam keadan menggonggong, namun belum diberikan makan. Walaupun demikian, berarti telah ditepati permintaan Rakrian Mada.

Berdirilah Rakrian Mada dengan wajah merah padam seraya menuding Pasung Grigis dengan tangan, "Hai engkau Pasung Grigis, sungguh angkuh jiwa dan ulahmu, tidak sopan melakukan perbuatan dan tak tepat akan janjimu, serta melakukan perbuatan yang tidak benar, semoga hilang semua kesaktianmu, karena telah nyata dan disaksikan oleh Sanghyang Trio Dasa Sakti, sekarang bagaimana kehendakmu, maukah kembali mengadu keprawiraan denganku. Angkatlah senjatamu!".

Mendengar kata-kata yang diucapkan Gajah Mada yang tak terduga itu, terkejutlah Ki Pasung Grigis. Dan, seluruh kekuatannya lemah bagaikan disapu bersih akibat kutukan Gajah Mada. Lalu, Ki Pasung Grigis dengan nada sedih menyerahkan diri dan semua daerah Bali hingga daratan Bangsul di bawah pasukan Majapahit.

Demikianlah pula keraton dengan segala isinya dapat dikuasai karena taktik peperangan dari Gajah Mada terhadap Ki Pasung Grigis.

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...