Menurut dia, tren mode yang paling cepat adalah di Jakarta. Sementara itu, kota-kota lain sangat terlambat dalam mengikuti pergerakan mode di Jakarta. Dia mengaku pernah membawa kaus merah muda untuk pria saat mengikuti pameran di Surabaya.
''Tapi, ternyata, pengunjung merasa aneh saat melihat laki-laki memakai warna pink. Padahal, di Jakarta, kaus warna pink untuk laki-laki sangat booming saat itu," ujarnya.
Hal serupa terjadi saat Deny membawa Noinbrand untuk pameran di Singapura dan Malaysia. Dia mengungkapkan, tren di dua negara tersebut bahkan jauh tertinggal dari Indonesia. Desain Noinbrand dianggap aneh.
Perubahan tren mode yang cepat dan tidak merata itu akhirnya mendorong Deny untuk berinovasi dalam desain. Dia berupaya memproduksi baju dengan konsep simple but colorful. Inovasi tersebut akhirnya mampu mendongkrak permintaan.
Inovasi itu sengaja dibuat karena desainer Noinbrand memiliki selera yang sederhana. ''Kalau saya minta buatkan gambar binatang, desainer saya biasanya hanya menggambar kepalanya. Kalau saya minta gambar motor, yang digambar hanya setangnya," ungkapnya.
Deny menambahkan, desain sederhana mampu menjangkau seluruh usia. ''Kalau ada anak SMA yang berkunjung ke distro saya dan mengajak keluarga, biasanya keluarganya juga beli," ucapnya.
Konsep colorful sengaja diterapkan Deny. Sebab, belum banyak pelaku usaha clothing yang menangkap potensi tersebut. Selama ini, distro hanya menampilkan warna hitam, abu-abu, putih, dan biru tua. ''Kami coba menjual kaus berwarna hijau dan oranye terang. Ternyata, banyak yang suka. Masyarakat tidak pakai karena memang belum ada distro yang menyediakan," imbuhnya. (*)
(pus/c18/sof)
No comments:
Post a Comment