
Sejumlah organisasi antikorupsi yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil menggelar aksi saat kegiatan Car Free Day, di Jakarta, Minggu (1/10). Aksi tersebut, menurut koordinator aksi, Jali, digelar sebagai bentuk nyata kekecewaan masyarakat terhadap hasil praperadilan Setya Novanto, yang dianggap aneh.
"Karena putusannya bikin happy Setya Novanto, bikin happy kroni dan golongannya. Tapi bagi masyarakat yang ingin kasus e-KTP ini selesai jadi kecewa dan semakin resah karena kasus ini enggak akan selesai," ungkap Jali.

Meski kecewa, namun putusan Hakim Tunggal Cepi Iskandar yang membebaskan Setya Novanto dari status tersangka e-KTP, sudah bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, menurutnya sudah ada beberapa kajian ahli hukum yang menyebutkan kemenangan Setya Novanto sudah bisa diprediksi.
"Ada 6 kejanggalan, salah satunya menggunakan hasil kajian dari pansus hak angket yang keberadaannya aja masih di uji di MK, dan ini aneh. Bukti yang digunakan tidak valid," jelas Jali.
Baca Juga :
Ia menyebutkan, banyak logika aneh yang ada dalam persidangan tersebut. Menurutnya, ada indikasi penyalahgunaan jabatan oleh Cepi dalam sidang tersebut. Sehingga mereka meminta Komisi Yudisial (KY) untuk mengevaluasi kinerja Hakim Cepi.

"Kami ingin KY mengevaluasi kembali Hakim Cepi seceparnya. Kalau bisa, ubah keputusan. Selain itu, kita ingin KPK menerbitkan dalam 2-3 hari ke depan sprindik baru untuk Setya Novanto," tambahnya.
Ia berharap Setya Novanto bukan hanya diselidiki, tetapi juga diperiksa. Sebab, jika dalam pemeriksaan Setya Novanto berkelit sakit, ia masih bisa ditangani oleh dokter KPK yang memiliki kapasitas sesuai dengan aturan hukum.
Aksi di sela car free day (CFD) ini diikuti oleh aktivis antikorupsi. Beberapa di antara mereka membawa serta anak-anak mereka.
[embedded content]
No comments:
Post a Comment