
Franka Soeria (Kiri), Founder Think Fashion & Penggagas Brand Modest Fashion Week bersama Mohammad Al-Arief, mantan Presiden Indonesia Diaspora Network Global pada konferensi pers Dubai Modest Fashion Week, Jakarta, Selasa, 19 September 2017. TEMPO | Tsarina Maharani..
TEMPO.CO, Jakarta - Lahir dan tumbuh besar di Indonesia membuat Frank Soeria memiliki kecintaan yang begitu kuat pada tanah kelahirannya, meskipun lama menetap di Turki. Perempuan yang dulu berprofesi sebagai editor di sebuah majalah mode Indonesia itu kemudian menyalurkan kecintaannya pada dunia fashion dan Indonesia melalui Think Fashion bersama rekannya Ozlem Sahim.
Think Fashion adalah sebuah konsultan fashion yang berbasis di Istanbul, Turki, dan London, Inggris. Salah satu proyek besarnya adalah pergelaran modest fashion atau fashion Muslim kelas dunia di dua negara, yakni Istanbul Modest Fashion Week pada 2016 dan London Modest Fashion Week pada awal 2017.
Sejak awal, ia sudah merancang bagaimana bisa membawa nama Indonesia di mata dunia melalui fashion. Akhirnya, di kali ketiga pergelaran bergengsi ini, ia berhasil memboyong lima desainer Indonesia untuk membawakan rancangannya di Dubai Modest Fashion Week pada Desember 2017.
Ia juga memutuskan untuk memberi pergelaran karpet merah bagi enam desainer Indonesia lainnya melalui proyek Indonesia Experience–Istanbul, yang akan diselenggarakan pada 28 September 2017 di Conrad Hotel Istanbul.
"Sejak awal pindah ke Turki, saya sudah punya niat ingin bawa fashion Muslim Indonesia untuk diperkenalkan ke dunia internasional. Jalannya enggak mudah. Saya sempat kepingin balik ke Indonesia karena sulit sekali memperkenalkan identitas kita," tutur perempuan yang disebut sebagai salah satu dari The Brain of Modest Fashion ini.
"Bahkan waktu saya meeting pertama kali sama orang-orang Turki, mereka aneh banget melihat saya pake turban. Mereka enggak mengerti kalau itu salah satu bentuk kreativitas busana Muslim Indonesia," tambahnya.
Franka, atau yang akrab yang dipanggil Caca, menganggap bahwa Indonesia kaya akan budaya sehingga kreativitas yang diterapkan pada busana Muslimnya cenderung lebih beragam. Apalagi sebagai salah satu negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, Indonesia mampu memadukan kearifan Islam dengan kearifan budaya lokal. Nuansa etnik, alam, dan permainan warna yang cerah merupakan bentuk-bentuk kreativitas yang dimaksud oleh Franka
"Indonesia itu penuh kreativitas, apalagi sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Orang Indonesia enggak berhenti untuk terus bikin karya busana muslim karena pasarnya memang hidup banget di sini," tuturnya. "Coba lihat, kalau di luar sana pakaian syar'i identik serba hitam, di sini kita bisa ketemu yang berwarna pastel cantik plus pakai renda."
Melalui perhelatan modest fashion, ia berharap bisa menjadi wadah yang cukup maksimal untuk memperkenalkan fashion Muslim Indonesia ke mata dunia. Menurutnya, tantangan bagi para desainer yang mengikuti ajang internasional ini adalah mampu menyesuaikan diri dengan kultur setempat. Membawa identitas Indonesia dengan sentuhan etnik dan warna-warna cerah sah-sah saja, tetapi para desainer tetap perlu memperhatikan batas-batasnya.
"Yang sulit itu kadang menyesuaikan diri dengan kondisi setempat. Maksud saya, kita enggak bisa begitu saja bawa sentuhan batik dan etnik atau warna-warna cerah di setiap rancangan. Menurut kita bagus, tapi bagaimana menurut orang luar? Mereka kan enggak terbiasa sama hal itu," ucapnya.
"Terlebih di London Modest Fashion Week kemarin, kita lebih mengarahkan para desainer untuk memamerkan busana Muslim kasual saja soalnya di London kaum Muslim juga minoritas, pasti malah makin dianggap aneh kalau pakai baju yang mencolok. Pakai hijab saja sudah perjuangan, apalagi kalau kita enggak bisa berbaur dengan fashion setempat," tutur Franka.
TSARINA MAHARANI
Artikel lain:
Inilah Gaya Busana Ratu Letizia, Tak Kalah dari Kate Middleton
Pamela Anderson Minta Kim Kardashian Tak Lagi Berbaju Bulu Hewan
Cara Berjalan Bisa Memprediksi Cepat Lambatnya Kematian Seseorang
No comments:
Post a Comment