Thursday, August 3, 2017

Sudirman Said Tegas Tanpa Kompromi

Suatu pagi di Desa Slatri sehabis dari ikut panen bawang bersama masyarakat, Sudirman Said mengajak kami berkunjung ke rumahnya. Rumah itu terletak tepat di tepi jalan raya Brebes. Jadi lalu lalang kendaraan terdengar begitu jelas dan mungkin juga, bagi yang tak terbiasa, suara itu bisa mengusiknya.

Memasuki pekarangan rumah, kami mendapati rumah yang sederhana. Di halamannya, terdapat dua pohon jambu air dan sangat rindang. Bila kita duduk di bawahnya terasakan angin sepoi-sepoi yang bisa membawanya dalam alam mimpi. Di rumah itu, yang tinggal adalah adiknya Sudirman Said, Sartono dan istrinya.

Tapi pagi itu, rumah itu tak tampak sepi: selain rombongan kami, ada juga beberapa warga dekatnya sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Aku tanyain mereka sedang membuat rak buku. Rupanya Sudirman Said sedang merencanakan salah satu ruangan kamarnya untuk dijadikan perpustakaan. Aku konfirmasi kepada yang bersangkutan, dia bilang itu nanti untuk tempat baca bagi siapapun yang mau.

Rumah ini adalah rumah masa lalu. Tetapi tentu saja sudah jauh berbeda dari yang semasa mereka masih sebagai anak-anak dengan seorang ibu yang berjuang sendirian.

Di sela aktifitasnya, aku menjumpai Sartono dan bertanya beberapa hal terutama soal karakter kepribadian Sudirman Said. Menurutnya, Sudirman Said adalah seorang yang sangat tegas dan tanpa kompromi. Kejujuran dan kelurusan hati itulah yang dimaksudnya dengan tegas tanpa kompromi.

"Dia seorang yang tegas tanpa kompromi. Orangnya begitu. Kalau sama saudara, karena prinsipnya memang tegas, kalau ga boleh ya ga boleh".

Ketegasan itu menurut Sartono ditunjukkan pula ketika dia duduk di pemerintahan. Dalam pandangannya, kakaknya tersingkir dari jabatan itu disebabkan oleh kelurusan dan ketegasan hatinya. Dia tak takut.

Ketika Sudirman Said menempati jabatan sebagai menteri, dia sangat berhati-hati. Dia selalu mewanti-wanti kepada adik-adiknya agar tidak perlu ikut-ikutan atau mengambil keuntungan karena dia menduduki jabatan negara. Baginya menduduki posisi jabatan negara bukanlah untuk memuaskan kesenangan pribadi, keluarga atau kolega. Jabatan publik adalah amanah. Bekerja bagi jabatan di pemerintahan adalah bagian dari pengabdian. Selain kepada saudara-saudaranya, ketegasan itu juga disampaikan kepada anak-anaknya.

Membuat Perpustakaan

Menurut Sartono, Sudirman Said juga sangat dikenal memperhatikan betul perihal pendidikan. Kepada adik-adiknya, dia selalu mengingatkan pentingnya belajar. Warisan pemikiran ibunya benar-benar melekat dalam diri Sudirman Said. Bahkan untuk pendidikan adik-adiknya, Sudirman Said membantu pembiayaan. Itu dia lakukan sejak dia sudah semester 5 di STAN.

Amanah pendidikan ibunya juga diwanti-wantikan kepada anak-anaknya dan kerabat-kerabatnya. Dia membantu mereka. Sehingga tak satupun dari saudara-saudaranya yang tidak sekolah. Anak-anak dan kerabat-kerabatnya juga bisa mencicipi bangku sekolah.

Sudirman Said juga bercita-cita untuk bisa membantu tetangga-tetangga sekitarnya agar melek ilmu pengetahuan. Salah satu cara yang digagasnya adalah mengadakan perpustakaan di rumahnya. Kebetulan rumah Sudirman Said merupakan tempat yang menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka suka kumpul di rumahnya. Dan hampir setiap hari selalu tidak sepi dari mereka. Maka di samping berkumpul, keberadaan perpustakaan nantinya juga bisa merangsang mereka untuk membaca.

"Perpustakaan kan tempatnya buku. Buku adalah jendela ilmu. Intinya untuk mencerdaskan anak-anak atau temen-temen orang sekitar sini. Di sini sering juga banyak ngumpul. Selain cerita aneh-aneh, silahkan baca buku", pungkas Sartono.

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...