SURATKABAR.ID– Beberapa ilmuan yang menerbitkan jurnal Alytes, menemukan hewan langka. Spesies baru ini memiliki hidung yang tampak seperti hidung babi.
Seperti yang diwartakan tempo.co pada Sabtu (26/8/2017), Dengan tubuh yang menyerupai katak, kulit pada hewan ini mengilap seperti katak pada umumnya, tapi tanpa tonjolan. Di sekitar matanya ada lingkaran biru. Tungkai pendek. Berwarna ungu. Karthikeyan Vasudevan, peneliti biologi Centre for Celluler and Molecular Biology yang bergabung dalam penelitian ini, dan tim menemukannya di pegunungan Ghats Barat, India.
Jurnal yang terbit pada 13 Agustus 2017 mengulas taksonomi hewan tersebut secara lengkap dan Berjudul, "A new species of the genus Nasikabatrachus (Anura, Nasikabatrachidae) from the eastern slopes of the Western Ghats, India".
Salah satu peneliti, Vasudevan menjelaskan, Katak hidung babi ini diberi nama Nasikabatrachus bhupati. Nama itu diambil diambil untuk menghormati Subramaniam Bhuaty, pakar herpetology rekan Vasudevan yang meninggal di pegunungan Ghats barat pada 2014.
Baca Juga:Mantan Kader Demokrat Ini Blak-Blakan Soal Langkah AHY di Pilpres 2019
Vasudevan kembali menjelaskan, penampilan hewan Nasikabatrachus bhupati tersebut merupakan hasil evolusi dari jangka waktu yang sangat lama. Untuk makan, katak ini memanfaatkan lidah mereka yang panjang untuk mengambil semut dan rayap di bawah tanah.
"Katak ini menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah tanah," kata dia, seperti dikutip dari tempo.co pada laman berita The Hindu.
Kehidupan hewan Nasikabatrachus bhupati yang sebagain besar berada di dalam tanah membuat hanya ada beberapa waktu untuk menarik katak hidung babi ke luar tanah, yakni pada musim bertelur yang bertepatan dengan musim hujan. Saat musim hujan datang, katak jantan akan membuat suara keras di sungai pegunungan.
Setelah itu, pejantan akan membuahi telur di dalam rahim betina. Lalu, satu sampai dua hari telur akan menetas menjadi kecebong. Namun, tak seperti kecebong lainnya, kecebong katak hidung babi menempel di tebing menggunakan mulut mereka selama 120 hari atau kurang lebih selama empat bulan.
"Setelah menjadi larva, barulah mereka masuk kembali ke tanah," ujar Vasudevan.
No comments:
Post a Comment