
Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) pada Selasa (22/8) malam mengadakan rapat koordinasi yang antara lain katanya untuk penguatan di parlemen. Dalam rapat itu, Partai Demokrat (PD) hadir, selain tidak diundang, PD memang sudah lama "menarik diri" dari KAB.
Sebab, KAB yang dibentuk antara lain untuk mendukung Muzakir Manaf di Pilkada lalu, ternyata PD yang waktu itu tergabung dalam KAB malah memberi dukungan ke Irwandi. Jadi, ketika itu terjadi, maka publik sudah tahu bahwa PD tak lagi bergabung dalam KAB.
Oleh sebab itulah, rapat koordinasi KAB itu hanya dihadiri Muzakir Manaf (PA), Zaini Djalil (NasDem), TA Khalid (Gerindra), Khairul Amal (PKS), Hendri Yono (PKPI), Zulfan (PBB), Tgk H Faisal M Amin (PPP), dan perwakilan PAN.
Koordinator KAB, Marzuki AR mengatakan, rapat ini sudah diagendakan jauh-jauh hari. "Setelah ini akan ada rapat khusus pimpinan partai mengambil kebijakan strategis untuk Aceh bersama KAB," jelasnya.
KAB dibentuk pada 16 November 2014, terdiri atas gabungan delapan dari 13 partai peraih kursi di DPRA. Koalisi ini terbagi dalam dua kelompok, koalisi utama dan koalisi pendukung.
Partai yang tergabung dalam koalisi utama adalah PA (29 kursi), PD (8 kursi), PAN (7 kursi), dan Partai Gerindra (3 kursi). Sedangkan partai yang tergabung dalam koalisi pendukung antara lain Partai Golkar (9 kursi), PKS (4 kursi), PPP (6 kursi), dan Partai NasDem (8 kursi).
Singkat kata, saat dideklarasikan, KAB ini menguasai 74 dari 81 kursi yang ada di DPRA. Yang terjadi saat Pilkada, beberapa partai "menarik diri", antara lain PD mendukung Irwandi, sedangkan Nasdem bersama Golkar mendukung Tarmizi Karim.
Yang ingin kita katakan, bahwa sesungguhnya, koalisi partai politik itu sifatnya sangat kondisional mengikuti dinamika politik itu sendiri. Jadi, koalisi itu sangat dipengaruhi oleh kepentingan partai itu sendiri.
Makanya, lihatlah, dalam Pilkada, di satu kabupaten/kota partai A dan B bersatu, tapi di kabupaten lain partai A dan B malah berlawanan. Jadi, tak ada koalisi banyak partai yang bisa sangat mengikat. Apalagi berharap bisa lestari.
Namun, untuk kepentingan-kepentingan tertentu koalisi parpol --lebih-lebih di parlemen-- sangat penting. Yakni koalisi yang bisa memperjuangan kepentingan rakyat dari egoisme pusat atau eksekutif.
Yang mengkhawatirkan, terkadang koalisi itu bisa juga menjelma menjadi monster atau vampir yang mengisap anggaran daerah dengan berbagai cara. Dulu pernah kita kenal sebagai korupsi berjamaah, itu termasuk salah satu produk negatif dari koalisi parpol yang kemudian dieksekusi oleh fraksi-fraksinya di dewan.
Kita bersyukur, parpol-parpol yang tergabung dalam KAB tidak memperlihatkan agenda aneh-aneh, kecuali untuk penguatan parlemen. Dan, kita sangat menunggu kebijakan-kebijakan strateguis yang dijanjikan KAB untuk Aceh.
No comments:
Post a Comment