Friday, July 7, 2017

Muda Nan Berbahaya

Timnas U21 Jerman yang berlaga di Piala Eropa U21

Sudah hal yang lumrah jika turnamen berlabel U-16, U-21, dan kelompok umur lainnya menjadi sebuah etelase para pemain muda. Bukan hal yang aneh jika banyak talent scout yang wara-wiri selama turnamen seperti ini berlangsung.

Tidak aneh memang mengapa hal tersebut terjadi mengingat para pemain yang bertanding pun menunjukkan skill dan kemampuan luar biasa demi meraih popularitas di mata para pencari bakat muda dengan harapan karier dan uang meroket.Namun tidak sedikit pemain muda yang salah langkah dalam mengambil keputusan kala bersinar sebagai pemian muda di kompetisi kelompok umur dan juga dilabeli pemain muda terbaik atau rookie of the year.

Jika dalam dunia balap ( Moto GP maupun Formula 1), label macam ini menjadi beban karena manajemen dan tim penuh perhitungan dalam menasbihkannya untuk para pebalap, dalam sepak bola konsep pemain muda potensial dibarengi oleh berbagai hal yang terkadang hubungannya justru tidak ada ditemukan di dalam lapangan sepak bola. Sehingga tidak jarang seorang pemain muda berada dalam karier yang berbahaya.

Salah Memilih Jenjang Karier Demi Uang dan Poplaritas

Anda tahu siapa itu Marko Marin dan Lewis Holtby? Jauh sebelum nama Ozil dikenal sebagai gelandang kelas dunia bervisi luar biasa di usia muda, dua nama di atas adalah salah satu produk sepak bola Jerman yang berpotensial untuk menjadi penerus Lahm dan Kroos di usia muda. Lahm dan Kross berhasil menunjukkan konsistensinya sampai tingkat kelas dunia karena talenta dan bakat yang mereka miliki.

Namun ada hal penting yang dimiliki oleh Lahm dan Kroos tapi tidak dimiliki oleh Marin dan Holtby. Jika Lahm sabar menimba ilmu di VFB Stutgart dan Kroos sabar disekolahkan di Leverkusen, maka tidak demikian dengan Holtby dan Marin, dua sosok ini adalah pemain muda yang tidak sabaran untuk meraih popularitas dan mengabaikan karier cemerlang untuk jangka panjang.

Marin langsung menyetujui tawaran Chelsea seiring dengan performa impresifnya bersama Werder Bremen, klub yang juga menjadi jalan awal kita mengenal nama Mesut Ozil. Sedangkan Holtby langsung setuju untuk membela Spurs setelah menunjukkan penampilan luar biasa ketika membela Schalke, Bochum, dan Mainz.

Seiring berjalannyanya waktu, mereka tidak menunjukkan performa yang diharpakan sebagai seorang pemain muda potensial. Tanpa ampun media Inggris yang terkenal beringas dan buas pun menghabisi mereka dengan pemberitaan yang bagai seorang pemain muda efeknya luar biasa menghancurkan.

Uang yang banyak dan gaya hidup hedonis menjadi sebuah pelarian yang sia-sia bagi mereka berdua.

"Seorang anak kecil dengan deposito bank yang besar akan tetap bertingkah seperti anak kecil" falsafah itu dari waktu ke waktu membentuk karater mereka pada pilihan yang salah. Alih-alih mengembangkan diri dan menunjukkan pembuktian akan kualitas diri, Marin dan Holtby makin terpuruk dalam dunia hedonis dan juga menjadi pemain pinjaman untuk berbagai klub namun tidak dibarengi dengan pilihan yang tepat. Hingga cerita ini saya tulis Marin dan Holtby rimbanya hanya saya ketahui berlaga di liga semenjana.

Kisah-kisah Lucas Piazon, Macheda, Andriano, Anderson, Morisson, Zaha yang diwakili oleh Marin dan Holtby sekiranya menjadi pelajaran bagi pemain-pemain muda seperti Max Meyer, Bernadeschi, Dani Ceballos, dan Toljan ke depannya. Nama-nama rombongan Lucas Piazon adalah gambaran miris bagaimana seorang pemian muda tidak mencapai potensi terbaiknya karena salah memilih karier demi uang dan popularitas.

Seyoganya pemain-pemain muda yang berpenampilan berbahaya di lapangan juga harus memilih jalur karier yang jangan sampai membahayakan kariernya. Perlu kesiapan dan kematangan mental dan fisik dalam mengambil setiap keputusan. Jika tidak bisa sesabar Lahm dan Kroos dalam membangun karier luar biasa di dunia sepak bola, maka belajarlah dari Mesut Ozil yang belajar di Schalke, menunjukkan kualitas dunia di Bremen, mencari uang banyak di Real Madrid (Sapnyol), dan dewasa di Arsenal (Inggris). Semua pilihan Ozil itu adalah sebuah langkah filosofis dari seorang pemain sepak bola yang agar bersikap hedonis pada waktu dan tempat yang tepat.

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...