Friday, July 14, 2017

Masa PLS Bisa Diisi Bela Negara

Mendikbud Muhadjir Effendy

JAKARTA – Kemendikbud berupaya keras menghapus tradisi perpeloncoan dalam masa orientasi siswa baru atau pengenalan lingkungan sekolah (PLS). Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan selama tiga hari pelaksanaan PLS.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan, salah satu kegiatan positif yang bisa dilakukan adalah penanaman bela negara. Materi bela negara disesuaikan jenjang pendidikan, baik itu untuk siswa baru jenjang SD, SMP, maupun SMA atau SMK.
"Siapa yang memberikan materinya, sekolah bisa berkoordinasi dengan aparat TNI atau kepolisian terdekat," terangnya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, memberikan materi bela negara jauh lebih baik ketimbang kegiatan orientasi diisi perpeloncoan. Kegiatan PLS juga bisa menghadirkan alumni dengan beragam profesi untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa baru.
Dia menuturkan, yang tidak boleh, yakni alumni diajak terlibat dalam kepanitiaan. Tetapi jika diundang untuk memberikan motivasi belajar, diperbolehkan.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbud, Daryanto mengatakan, Kemendikbud membuka saluran pengaduan masyarakat untuk menyambut PLS. Hampir seluruh sekolah melaksanakan PLS, mulai Senin pekan depan (17/7). Meskipun begitu, ada beberapa sekolah, baik negeri maupun swasta, melaksanakan PLS sejak Senin (10/7).
Ia menerangkan, sampai tadi malam, belum ada laporan pengaduan masalah PLS yang masuk ke Kemendikbud. "Baik itu dikanal pengaduan milik Itjen maupun Unit Layanan Terpadu (ULT, red)," katanya. Pengaduan ke ULT Kemendikbud bisa melalui telepon 021-5790 3020 atau email di pengaduan@kemdikbud.go.id.
Daryanto mengimbau kepada seluruh sekolah untuk memastikan tidak ada kegiatan perpeloncoan atau bully selama pelaksanaan PLS. Pelaksanaan PLS harus diawasi guru dan kepala sekolah bertanggung jawab penuh.
Menurutnya, dari pengalaman tahun lalu, praktik perpeloncoan masih terjadi. Padahal Permendikbud 18/2016 tentang PLS untuk peserta didik baru sudah berlaku. "Mungkin tahun lalu masih belum tersosialisasi maksimal. Tahun ini diharapkan lebih baik," tuturnya.
Daryanto mengatakan, Tahun lalu masih ditemukan siswi baru disuruh menggunakan atribut aneh-aneh, seperti ikat rambut warna-warni, tas dari karung atau kantong plastik, dan perlengkapan tidak wajar lainnya. "Bahkan, ada yang disuruh berdandan seperti badut. Ini kan bisa membuat malu," tuturnya.
Selain itu, ada juga bentuk perpeloncoan siswa baru disuruh datang sebelum pukul 06.00 WIB. "Masuk sekolah sebelum pukul 06.00 WIB tidak wajar. Kemudian, ada juga yang diberi tugas mencari tanaman langka. Selain menyusahkan siswa, juga orang tuanya," tegasnya.
Dia mengatakan, PLS memang dilaksanakan sekali selama siswa itu menuntut ilmu. Namun, bukan berarti diperbolehkan melakukan kegiatan aneh-aneh. Daryanto mendukung anjuran Mendikbud, bahwa kegiatan PLS bisa diisi materi bela negara. (wan/via/ce3)

Berita Lainnya!

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...