Saturday, July 29, 2017

Cerpen: Pertemuan Tanpa Nama

Jakarta, CNN Indonesia -- Dia tidak melakukan apapun seperti tampaknya. Dia menuju ke hutan seperti biasanya. Menuju bukit huma-huma bunga perdu di sana di tempat itu membuatnya lebih tafakur pada alam. Dia tidak pernah menjanjikan apapun tentang hutan bagi lingkungan dan habitat di dalamnya. Dia hanya ingin berbagi pada alam pemberi hidup bagi semua umat di dunia.

Adik menaruh sepeda di ujung rumah di bawah pohon sawo, tempat biasa dia memulai perjalanan sepulang sekolah. Ada banyak hal tak diketahui oleh siapapun. Mengapa mereka berdua selalu ke hutan dengan arah berbeda dan tidak pada waktu sama persis. Kakak asik membantu Ibu di rumah menyelesaikan berbagai keperluan setelah pulang sekolah. Sebelum melakukan perjalanan ke hutan lindung itu.

Belum dikisahkan apakah keduanya saling tau kegiatan masing-masing setiap kali ke lingkungan hutan lindung tak jauh dari rumah tinggal mereka, Kakak, Adik dan Ibu. Ayah telah wafat beberapa waktu lalu disambar petir ketika panen di ladang jagung sebagai warga transmigran pertama di wilayah area tak berapa jauh dari hutan lindung itu.

Lembayung menjelang sore biasanya Kakak atau adik tiba di rumah selisih waktu tak selang beberapa lama. Keduanya pun nyaris sama, membersihkan badan, mencuci sepatu, meletakkan tas ransel, berbagai peralatan masing-masing keperluan Adik dan Kakak menuju hutan lindung itu, tas ransel itu juga berfungsi untuk tas sekolah masing-masing.

Telah beberapa waktu kedua insan Kakak beradik itu mengamati suatu kegiatan dari orang-orang aneh dari tempat berbeda. Secara bersamaan keduanya semakin dekat dengan lokasi itu. Adik "Siapa mereka dengan baju serupa zirah aneh itu." Kakak pun menduga-duga demikian. "Siapa mereka?" Kegiatan sosok-sosok itu bergerak simultan, persis huruf alfabet berurutan tak ada jeda.

Tak ada pola-pola laku menyimpang dari lingkaran barisan urutan perbuatan mereka, amat teratur tanpa suara pula, tampak semacam aura cahaya natural di setiap sosok-sosok itu. Kakak merayap lebih dekat ke lokasi itu. Demikian juga dengan adik. "Wow! Menakjubkan!" Suara adik dalam benak. Kakak pun demikian.

Melihat semacam cahaya amat tipis bergerak bagai penanda gelombang suara tak jauh dari posisi masing-masing Adik dan Kakak. Di kejauhan terdengar suara kentongan di pukul bertalu-talu dari desa transmigran tempat Kakak dan Adik. Sosok itu pun tampaknya mendengar suara kentongan di kejauhan itu. Mendadak area di lokasi itu seperti listrik padam, gelap gulita.

Tak lama, lingkaran sempurna membentuk aura bola cahaya natural. Adik dan Kakak tak sempat menyaksikan keajaiban itu. Keduanya telah menuruni bukit hutan lindung menuju suara kentongan. Kakak berlari-lari dari arah berlawanan dengan Adik di antara huma ilalang menuju suara kentongan. "Pasti babi hutan itu merusak ladang jagung." Di benak keduanya, di tempat berbeda.

Keduanya semakin dekat ke lokasi. "Tang! Teng! Tung! Creng! Dok! Tok! Jreng!" Suara kentongan dan berbagai suara orang-orang memukul penggorengan dan suara-suara logam lainnya dari alat-alat masak di dapur, suara-suara gaduh itu sanggup mengusir sekelompok kawanan babi hutan dari lokasi lahan janggung. "Hura! Haa! Hura!" Suara Adik dan Kakak, bergabung dengan penduduk desa.

Adik dan Kakak dari arah berlawanan melihat Bunda mereka di antara orang-orang tengah sibuk mengusir babi hutan. "Bunda!" Suara Adik dan Kakak, mendekat pada Bunda dari arah berlawanan. Keduanya memeluk Bunda.

"Dari mana kalian. Kawanan babi hutan itu datang lagi." Suara Bunda.

"Main-main ke hutan lindung Bunda." Jawab keduanya senada, serentak. Kakak terkejut mendengar jawaban Adiknya demikian pula dengan Adik, keduanya saling menengok sesaat dari sisi kiri dan kanan Bunda berjalan di antara keduanya.

"Huss! Huss!" Suara Bunda sambil terus memukul penggorengan.

"Hura! Huss! Huss!" Suara Adik dan Kakak bergantian, di antara suara Bunda, di antara suara berisik berbagai perangkat masak di ketok-ketok, di antara suara-suara penduduk Desa Transmigrasi melakukan hal sama dengan ragam perbedaan, satu kesatuan cita rasa cita-cita.

Para penduduk memiliki kesadaran bersama. Transmigrasi merupakan salah satu pola edukatif, bertujuan mengembangkan tanah-tanah non produktif menjadi tanah produktif, tersirat di dalamnya sinergi budaya antara kultur, suku, agama dan ras. Transmigrasi, merupakan salah satu unsur penting pengembangan desa menjadi tata kelola lahan modern, meski tak harus menjadi kota.

Suara alam raya memberi makna sore. Lembayung di awan-awan bergelayutan warna-warna jingga bak puisi Ilahi untuk semua umat, agama, ras, suku dan semua bangsa. Alam tidak milah-milah hidup makhluknya. Tugas makhluk hidup memilih tujuan baik dan benar, memelihara kesadaran hidup bersama, mensyukuri berkat bermanfaat, edukatif dalam cinta dan kasih sayang bersama.

Ibunda, apapun beliau pasti memiliki firasat. Bunda tau Kakak dan Adik menyembunyikan sesuatu, namun Bunda memiliki kebijaksanaan untuk menunggu cerita Kakak dan Adik. Apa sebetulnya terjadi, mereka lakukan di hutan lindung itu. Bunda duduk di antara Kakak dan Adik menyelesaikan tugas-tugas sekolah di meja makan.

"Kalian sudah makan?" Pertanyaan Bunda, mengalir begitu saja bagai mata air ke sungai-sungai.

"Sudah Bunda." Jawab Adik dan Kakak, tak sengaja serentak menjawab, dengan perasaan sama, dag dig dug, keduanya belum menceritakan satu hal rahasia mereka berdua.

"Tumben jagung rebus belum di makan." Suara Bunda, memperhatikan, duduk di kursi samping kanan Adik dan samping kiri Kakak. Hening sesaat.

Jawab keduanya dengan jantung dag dig dug, serentak menganggukkan kepala, dengan suara agak terbata-bata."Ya Bunda..."

"Baiklah…" Bunda segera akan beringsut.

"Bunda?…" Suara kedua Kakak beradik itu.

"Ya…" Bunda kembali duduk.

Lantas saja suara Adik mendahului Kakak, demikian juga dengan Kakak. Suara Bunda sambil memperhatikan keduanya."Satu persatu bicara. Ingat pesan Ayah. Berbicaralah dengan lantang, lugas terbuka dan jelas, membuka hati pada kami apapun masalah kalian."

"Jujur seperti alam memberi gelap dan terang." Suara Kakak.

"Seperti pelita hati, berani berkata benar dan baik untuk sesama." Suara Adik. Keduanya menghampiri Bunda, keduanya memeluk Bunda. Lantas keduanya menceritakan kejadian aneh di hutan lindung itu. (ded/ded)

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...