SURATKABAR.ID – Mantan Petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas menyayangkan sikap Presiden Joko Widodo terkait kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
Menurut Busyro, harusnya Jokowi membentuk tim investigasi gabungan untuk mengungkap kasus ini dengan segera. Namun, presiden bukan hanya tak memberikan respon, tapi juga tak menghargai pegawai KPK.
"Itu tidak menghargai, bukan hanya tidak merespon. Presiden tidak menghargai pegawai KPK," tegas Busyro di Gedung Komisi Yudisial, Jakarta, Kamis (4/5/2017), dilansir kompas.com.
Selain Jokowi, menurtut Busyro, pimpinan KPK juga melakukan hal serupa. "Harusnya aspirasi itu direspon oleh Presiden dan pimpinan KPK. Dua-duanya tidak menghargai pegawai KPK, ini aneh banget," lanjut Busyro.
Baca juga: Soal Makar TNI, Jenderal Gatot Akui Hal Mengejutkan Ini
Busyro menuturkan, teror mengerikan yang menimpa Novel ini menjadi pertanda bahwa akan terus berdatangan teror serupa yang akan mengancam keselamatan pegawai KPK.
"Kalau pimpinan KPK (menjabat) cuma empat tahun kan. Tapi yang permanen kan pegawai KPK," ungkap Busyro.
Untuk itu, dia berharap agar kasus ini segera diungkap agar teror serupa tak kembali terjadi. "Banyak yang khawatir kalau ini tidak sungguh-sungguh (diungkap) akan terjadi kasus lain lagi," lanjutnya.
Novel Baswedan mengalami insiden penyiraman air keras setelah melaksanakan salat Subuh di Masjid Al-Ihsan yang tak jauh dari rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Penyiraman ini diduga dilakukan oleh dua orang yang berboncengan menggunakan sepeda motor.
Sementara itu, hingga kini polisi belum juga berhasil mengungkap siapa pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik KPK tersebut. Padahal, peristiwa yang meninpa Novel terjadi pada 11 April lalu.
Usulan agar dibentuk tim investigasi gabungan antara Polisi, KPK, dan masyaratakat juga telah disampaikan oleh para mantan petinggi KPK dan sejumlah pihak anti korupsi. Namun, hingga kini belum ada respon ataupun sikap terkait usulan tersebut.
No comments:
Post a Comment