Aksi Massa PDIP Tolak Kenaikan Harga BBM (ist)
intelijen – Di era sebelum Pemerintahan Joko Widodo, ketika mendengar tarif listrik naik, jalanan di berbagai kota sudah dipenuhi mahasiswa yang bakar ban. Saat ini, sepi.
Pertanyaan itu dilontarkan mantan aktivis kiri, Ragil Nugroho, menyikapi kenaikan tarif dasar listrik periode ketiga, 1 Mei 2017. "Dulu sekali, ketika mendengar tarif listrik naik, jalanan di berbagai kota sudah dipenuhi mahasiswa yang bakar ban. Sekarang sepi," tulis Ragil di akun Twitter @ragilnugroho1.
Tokoh Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini juga menyoal sepak terjang aktivis kiri yang masuk kekuasaan di Rezim Jokowi terkait kebijakan-kebijakan liberal Pemerintahan Jokowi. "Di rezim saat ini paling banyak aktivis Kiri masuk kekuasaan. Tapi anehnya, rezim justru bergerak ke kanan (liberal: pencabutan subsidi dll)" tegas @ragilnugroho1.
Saat PDIP menjadi partai oposisi, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri, secara tegas menolak kebijakan pemerintah. Sebab naiknya tarif listrik akan lebih menyengsarakan rakyat Indonesia.
Ketika itu PDIP beralasan, PLN telah mengalami mised management atau kesalahan pengelolaan yang merugikan negara sebanyak Rp 30 triliun lebih. Dan kesalahan itu tidak boleh ditanggung rakyat Indonesia dengan menaikkan tarif listrik.
"Kalau kita pastikan bahwa Fraksi PDIP dan instruksi dari DPP PDIP menolak kenaikan tarif dasar listrik. Kami punya bukti-bukti bagaimana mised management itu terjadi di tubuh PLN yang kerugiannya 30 triliun lebih," kata politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka seperti dikutip liputan6 (04/10/12).
Rieke juga menjelaskan, jika pemerintah tetap menaikan tarif listrik dengan alasan apapun, maka PDIP akan bergabung dengan rakyat Indonesia untuk berjuang menolak kebijakan. "Kita akan berkoalisi dengan rakyat untuk menolak bersama kenaikan TDL. Ini bukan hanya berakibat fatal terhadap buruh dan pekerja dan ini merupakan instruksi dari DPP PDIP," tegas Rieke.

No comments:
Post a Comment