Sunday, April 9, 2017

Pengamat : Aneh, Bandit Jalanan Disebut Terorisme

Jakarta, HanTer - Pengamat teroris darjli Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya meragukan jika enam orang yang ditembak Polisi dan TNI di Jl Semarang, Beji, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4/2017) kemarin adalah benar teroris seperti yang beredar saat ini.  Apalagi banyak kejanggalan bahwa  kelompok yang dilumpuhkan tersebut adalah teroris. 

Karena sebelumnya masyarakat telah membaca di portal sosmed Divhumas Polda Jatim bahwa kasus tersebut adalah kelompok bandit yang menyerang polisi. Tidak disebutkan bahwa penyerang tersebut adalah teroris yang akan melakukan aksi kepada polisi. 

"Saya ragu kalau itu terorisme. Oleh karena polisi perlu transparan menjelaskan jujur dan sebenar-benarnya kasus tersebut," kata Harist kepada Harian Terbit, Minggu (9/4/2017).

Menurut Harist, pihaknya meragukan kasus Tuban adalah teroris karena selain telah beredar informasi dari portal sosmed Divhumas Polda Jatim ada kelompok bandit yang menyerang polisi. Apalagi informasi yang disampaikan  juga hanya searah yakni mobil Terios yang membawa para pelaku dianggap mencurigakakan oleh Satlantas Polda Jatim.

Karena diikuti para penumpang mobil Terios mengeluarkan tembakan ke arah aparat.

Saat dilakukan pengejaran oleh aparat akhirnya mobil berhenti dan penumpang lari ke arah kebun masyarakat. Diwaktu berikutnya publik akhirnya melihat 6 orang terkapar tewas di kebun dan 1 orang masih hidup. Ditambah lagi  polisi menyebut barang bukti yang disita yakni pasport, beberapa HP dan sekotak amunisi. Tapi di waktu berikutnya bertambah barang bukti yang disita yakni dengan 2 mushaf Al Quran dan Handi Talky serta 2 pistol.

"Andaikan benar gerombolan 7 orang tersebut melawan dengan senpi, sementara barang bukti cuma 2 pucuk pistol. Maka bagaimana 5 orang lainnya tersebut melawan dan berujung  tewas? Gak lucu jika seseorang membawa bom kemudian ia lari terbirit-birit sembunyi di kebun untuk melawan. Ini perlu penjelasan," tegas Harist.

Harist menilai, banyak kejanggalan kalau kasus tersebut di seret ke isu terorisme. Apalagi dari nama yang muncul dikaitkan dengan jaringan teroris Semarang itu juga nama yang asing. Karena masyarakat saat ini gagap untuk bisa komentar jika seorang tewas dengan label teroris atau terduga teroris. 

"Karena label "teroris" seolah menjadi sertifikat halal untuk di habisin nyawanya dan tidak ada pertanggungjawan atas hilangnya nyawa tersebut," papar Harist. 

Harist berharap, Kompolnas, Komnas HAM, Komisi 3 DPR RI, atau lnstitusi terkait serius memperhatikan kasus Tuban ini. Karena dalam kasus terorisme; penyelesaian dengan cara kekerasan itu hanya akan menjadi pemicu kekerasan berikutnya jika menemukan momentum.

"Kekerasan terbukti tidak bisa mereduksi aksi terorisme secara signifikan," paparnya. 

Sebelumnya Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera juga mengatakan, hingga Sabtu (8/4/2017) sore,  anggota Polres Tuban terus memburu lima bandit jalanan berpistol yang melarikan diri, meski baru satu yang berhasil dibekuk. Akhirnya 6 bandit jalanan tersebut berhasil dilumpuhkan dan ditembak mati.

(Safari)


Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...