
JawaPos.com – Nelayan di sejumlah Wilayah Timur Cirebon (WTC) mengeluhkan hasil tangkapan yang berkuranag seminggu terakhir. Hasil tangkapan rajungan berkurang karena jarak tempuh yang semakin jauh.
Anehnya, kondisi fisik rajungan juga tidak seperti biasanya. Perut rajungan berwarna kehitaman seperti gosong. Bagian kakinya juga hampir sama, berwarna hitam kecokelatan.
"Yang paling menyiksa itu, ternyata bobot rajungan juga ikut mengecil. Jika biasanya, 3 kilogram rajungan kulit itu bisa jadi 1 kilogram rajungan kupas. Sekarang harus 5 kilogram rajungan kulit untuk jadi 1 kilogram rajungan kupas," kata tokoh pemuda Desa Gebang Mekar, Banjir, kepada Radar Cirebon (Jawa Pos Group).
Banjir mengatakan, di wilayah Gebang Mekar sedikitnya ada 260 nelayan pencari rajungan. Ratusan nelayan tersebut memang kebanyakan mengeluh soal tangkapan mereka.
"Saya tidak mau berandai-andai ini karena limbah atau karena pamanasan global. Yang pasti dengan kondisi ini nelayan menderita. Dinas terkait harus turun untuk mencari tahu penyebab pastinya," terangnya.
Hari ini rencananya sejumlah perwakilan nelayan, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda akan menghadap pemdes untuk membicarakan permasalahan tersebut. Setelah itu bersama-sama menemui camat untuk difasilitasi dengan dinas terkait agar secepatnya ditemukan solusi.
"Kasihan nelayan, sudah kemarin paceklik karena musim baratan, sekarang ditambah sulit nyari rajungan," keluhnya.
Salah seorang nelayan pencari rajungan, Kalimin (50), warga Blok Karang Bulu Desa Gebang Mekar mengatakan, kondisi tersebut baru dialami saat ini saja. Sebelumnya, kondisi tersebut tidak pernah terjadi. Pihaknya pun tidak tahu apakah kondisi rajungan dengan perut menghitam tersebut berbahaya untuk dikonsumsi atau tidak.
Tapi diakuinya, selama ini belum ada komplen atau warga yang keracunan akibat rajungan yang menghitam itu. "Jika sehari-hari kita bisa dapat 2 sampai 3 kilogram, sekarang paling bisa dapat dua ekor saja. Bahkan seringkali tidak dapat apa-apa. Kalau mau dapat rajungan, nyarinya jauh," ungkapnya.
Sulitnya mencari dan mendapat rajungan, merembet ke masalah lain. Kata Kalimin, tidak sedikit rumah tangga nelayan yang cekcok karena pendapatannya kurang. "Banyak keluarga yang ribut gara-gara masalah ini. Penghasilan nelayan turun drastis," tambahnya.
Dia meminta pihak terkait untuk segera turun melakukan pengujian kepada rajungan dan mengambil sampel air serta lumpur untuk mengetahui penyebab pastinya.
"Di wilayah kita, sekarang kalau mencari rajungan, airnya ada dua warna. Kalau air yang normal itu warnanya pekat agak kehijauan. Kalau sekarang merah kecokelatan. Saya khawatir yang merah kecokelatan itu sumber masalahnya," pungkasnya. (dri/yuz/JPG)
No comments:
Post a Comment