
PROKAL.CO, Assalamu'alaikum. Ustadz, saya mau tanya. Kenapa saya sering betul mimpi yang aneh-aneh? 08538847xxxx
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Saudara penanya yang dirahmati Allah. Mimpi dibagi dalam tiga klasifikasi:
Pertama, Ru'ya Shaadiqah (mimpi yang benar), yaitu mimpinya orang-orang yang shalih dan ahli taqwa. Mimpi seperti ini adalah mimpi yang memang sebenarnya dan menjadi kenyataan serta berasal dari Allah. Seperti mimpi Nabi Ya'qub mengenai makna mimpi anaknya Nabi Yusuf yang melihat sebelas buah bintang yang sujud terhadap-nya. Mimpi Nabi Ibrahim mengenai perintah Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail. Mimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai akan dibukanya (ditaklukkannya) kerajaan Persia dan Romawi, dan lain-lain.
Bila seseorang mengalami hal yang baik-baik maka hendaknya ia hanya menceritakannya kepada orang yang dia sukai, seperti orang yang ia percayai keagamaannya dan ketakwaannya. (Alias tidak semborono menceritakan kepada siapa saja).
Kedua, Adlghaatsu Ahlaam (bunga-bunga mimpi), yaitu mimpi yang datang dari syaithan untuk membuat manusia bersedih karenanya. Mimpi ini adalah mimpi buruk sehingga tidak perlu ditanggapi karena ia berasal dari syaithan. Karena itu, di dalam hadits disampaikan bagi orang yang mengalami mimpi buruk seperti itu ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Hendaknya mengubah posisi tidur dari posisi semula, ke posisi sebaliknya sembari meludah kecil ke sebelah kirinya 3 kali, dengan membaca A'uudzu billahi Minasy Syaithaanir Rajiim serta tidak menceritakannya kepada siapa pun.
Dikhawatirkan bila dia bercerita kepada orang yang kurang wara' dan bukan orang yang mengerti agama, lantas di dalam menakwilkannya, dia mengira-ngira saja bahwa akan terjadi dengan si orang yang mimpi itu begini dan begitu (dengan hal yang buruk-buruk, sekalipun secara bergurau). Nahasnya jika kebetulan takdir Allah berlaku seperti itu, hal yang tidak diinginkan terhadap orang yang bermimpi itu akan terjadi.
Kejadian seperti ini pernah terjadi terhadap seorang wanita yang bertanya kepada 'Aisyah ra. Aisyah berkata kalau ingin menceritakannya, hendaknya ia menceritakan kepada orang yang wara', shalih dan paham agama. Sebab bila menceritakan kepada orang-orang seperti ini, sekali pun dalam firasat mereka akan terjadi hal yang buruk terhadap si orang yang bermimpi, mereka pasti mengarahkannya dengan baik.
Ketiga , Hadiitsun Nafs (kisah diri) yaitu bawaan kondisi psikologis atau kejiwaan seseorang. Seperti orang yang sedang dikejar-kejar polisi, lalu ketika tidur seolah polisi itu terus mengejarnya, dan lain-lain. Dalam hal ini, ada ulama yang memasukkan klasifikasi ketiga ini ke dalam klasifikasi kedua dengan menjadikannya hanya dua klasifikasi saja, selain klasifikasi ketiga.
Selama seseorang menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang Allah, mempergiat pendekatan diri kepada-Nya dengan cara yang benar sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, beraqidah yang lurus dan tidak disusupi oleh unsure riya' apalagi syirik; maka tentu akan ada kelebihan pada dirinya, terutama mimpi yang dialaminya, insya Allah, akan menjadi
RU'YA SHAADIQAH. Wallahu a'lam. (cyn/beb)
No comments:
Post a Comment