
Merdeka.com - Dalam beberapa tahun terakhir ini, Tanah Air kerap diwarnai pemberitaan terkait terorisme. Para pelaku rela dijadikan 'budak' kelompok tertentu yang memberikan titah untuk meledakkan suatu tempat dengan agama dijadikan sebagai landasan.
Liburan natal Pergi.com bagi2 diskon Rp 100,000Setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif oleh penyidik, lambat laun terungkap alasan pelaku nekat meracik bom untuk diledakkan di tengah keramaian. Bahkan, ada yang rela dijadikan 'pengantin' bom bunuh diri.
Merdeka.com sempat menemui eks pengikut aliran keagamaan di mana ajarannya terbilang menyimpang dari yang sudah ada. Sesuai kode etik, nama narasumber pun disamarkan.
F pun mulai menceritakan awal mula dirinya terjebak dalam kehidupan suatu komunitas tersebut.
"Di sana itu diajarin bagaimana Islam yang katanya sebenarnya. Mereka bilang banyak orang kafir yang artinya di luar dari komunitas mereka," ujar F, Minggu (11/12).
F diajarkan jika pemahaman agama yang selama ini ia dapatkan salah.
"Mereka bilangnya udah enggak murni Islam. Kalau mau masuk surga tuh begini-begini seharusnya. Pokoknya ya ajarannya frontal lah kalau mau masuk surga," tuturnya.
Bahkan, lanjut F, pemahaman yang ditanamkan terhadapnya menyebut jika orang tua juga kafir.
"Iya orang tua dibilang kafir juga karena belum masuk komunitas mereka," ucapnya.
Bak menjadi pahlawan, lanjut F, orang-orang tersebut seakan memberikan solusi jika ingin menyelamatkan orang tua di akhirat.
"Katanya tapi tenang aja. Orang tua bisa ikut diselamatkan di akhirat, karena saya udah gabung sama mereka. Istilahnya orang tua udah punya anak yang soleh," jelasnya.
"Kan katanya kalau orang meninggal itu yang dibawa ada 3, amal soleh, ilmu bermanfaat sama anak yang soleh kan. Nah, karena saya udah gabung, terus udah belajar Islam sesungguhnya jadi termasuk anak yang soleh," ungkapnya.
Waktu pun berjalan. F mengaku saat itu seakan mendapat 'hidayah' hingga akhirnya 3 tahun menjadi pengikut.
"Tapi lama-lama saya aneh. Karena semakin lama ikut komunitas kaya gitu, semakin banyak uang yang diminta. Katanya buat ini buat itu," tuturnya.
"Tapi sejauh saya perhatikan itu uang ya buat operasional mereka-mereka. Karena kebanyakan enggak ada yang punya pekerjaan tetap," ungkapnya.
F pun mengungkapkan alasan tak sedikitnya mahasiswa yang direkrut serta seseorang dengan usia terbilang masih muda.
"Ya kan kalau mahasiswa itu waktunya fleksible yah. Kapan dibutuhin sama mereka bisa. Kalaupun ada kuliah kan bisa bolos," jelasnya.
"Udah gitu kan kalau masih muda itu kan masih labil ya. Istilahnya masih cari jati diri. Jadi bisa didoktrin," tuturnya.
Genap 3 tahun, F memutuskan untuk tak lagi gabung.
"Ya lama-lama saya sadar. Duit abis enggak jelas. Udah gitu banyak bohongnya sama orang. Disuruh minjem duit. Malah pernah saya disuruh gadai surat-surat berharga. Mulai dari situ tuh saya ngerasa aneh," ungkapnya.
"Keluarnya ya saya ngilang aja. Ganti nomer HP. Terus minta temen saya jagain saya kalau di kampus," ucapnya.
F pun mempunyai pandangan sendiri terkait terbongkarnya jaringan Bahrun Naim Bekasi.
"Kalau itu mah doktrinnya udah parah tuh. Sampai mau dijadiin 'pengantin' coba. Mungkin kalau saya enggak mutusin keluar dari komunitas aneh kemarin, bisa jadi saya kedoktrin begitu tuh," pungkasnya.
[sho]
No comments:
Post a Comment