
DALAM acara peluncuran uang baru seri Pahlawan Nasional, Presiden Jokowi kemarin mengajak rakyat untuk mencintai rupiah. Maksudnya tentu saja, harus bangga bertransaksi dengan uang rupiah, bukan dollar AS. Presiden juga ingatkan, jangan suka bikin gosip aneh-aneh tentang rupiah. Sebab itu juga bisa bikin nilai rupiah terpuruk. Maka sekali lagi Presiden Jokowi ingatkan, meremehkan rupiah sama saja meremehkan Indonesia negara sendiri.
Padahal sebetulnya, rupiah bisa terpuruk jika presiden sendiri yang justru bikin kebijakan yang aneh-aneh. Ini bisa terjadi siapa saja presidennya, baik itu Sukarno, Soeharto, Gus Dur, BJ Habibie, Megawati, SBY atawa Jokowi sendiri. Bahkan bisa juga akibat kebijakan aneh-aneh presiden negara lain. Krismon 1998 misalnya, di mana rupiah kita terpuruk sampai Rp 20.000,- atas dolarAS, itu gara-gara kebijakan pemerintah Thailand mendevaluasi Bath-nya. Indonesia sebagai negara sesama Asean terimbas karenanya, bahkan Pak Harto pun terpaksa pilih lengser.
Rupiah sering pula dijadikan tolok ukur kehadiran pemimpin baru. Misalnya saat Pilpres 2014 tempo hari. Ketika Jokowi menang, koran-koran menulis: rupiah menguat. Itu artinya, Jokowi sebagai presiden bisa diterima pasar. Jelasnya, kehadiran pemimpin baru disambut positif para pelaku ekonomi. Bukan berarti Jokowi takkan ditolak ke Pasar Senen (Jakarta), Pasar Beringharjo (Yogyakarta) atau Pasar Blauran (Surabaya).
Soal permintan Presiden Jokowi agar rakyat mencintai rupiah, sebetulnya tanpa dingatkan presiden pun rakyat dan segala elemen bangsa sudah sangat mencintai rupiah. Bahkan sejak anak-anak balitapun manusia Indonesia sudah diajari untuk mencintai rupiah. Lihat saja ketika penjual jajanan lewat, anak kecil pun merengek ke orangtuanya, minta rupiah untuk beli jajanan tersebut.
No comments:
Post a Comment