
TRIBUNJOGJA.COM - 22 tahun silam, tepatnya pada 19 Februari 1994 malam, kematian seorang wanita di unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum (RSU) Riverside, California, meninggalkan sebuah tanda tanya besar.
Tubuh wanita itu terlihat berminyak, darahnya mengeluarkan bau aneh, dan sejumlah staf RS pingsan setelah menanganinya.
Wanita yang kemudian terkenal dengan julukan The Toxic Lady itu sebenarnya bernama Gloria Ramirez. Ia dibawa ke RSU Riverside oleh beberapa paramedis, karena mengalami mual, sulit bernafas dan denyut jantungnya meningkat.
Sesampainya di UGD, dokter dan sejumlah staf menanganinya. Namun saat itu, mereka melihat ada yang aneh dengan tubuh Gloria.
Tubuh wanita itu terlihat seperti ditutupi minyak dan mengeluarkan bau bahan kimia. Perawat bernama Susan Kane kemudian mengambil sampel darahnya untuk diperiksa, tetapi justru langsung pingsan.
Setelah darah Gloria berhasil diambil oleh staf lain, dokter melihat ada warna kristal aneh di darah wanita itu.
Efek domino pada staf lain pun terjadi. Ada yang hanya gemetar, sulit bernafas dan sampai pingsan.
Pihak RS kemudian menetapkan darurat internal dan mengevakuasi pasien lain ke tempat yang lebih aman. Seperti dilansir Buzzfeed, 23 dari 37 staf UGD mengalami sakit setelah itu.
Sebuah tim kemudian diterjunkan untuk menyelidiki ruang UGD RS tersebut, apakah ada bahan kimia berbahaya atau tidak. Namun kenyataannya, tim tidak menemukan apapun.
Berbagai teori pun muncul setelah insiden mengerikan itu terjadi. Salah satunya bahwa Gloria memakai obat DMSO untuk mengurangi rasa nyeri.
Beberapa pekan sebelumnya, ia memang didiagnosa menderita kanker serviks. DMSO masih satu atom oksigen dengan dimetil sulfon, senyawa kimia yang ditemukan berlebihan di tubuh Gloria.
Sulfon dimetil bisa pecah dan bergabung dengan sulfat alami untuk membuat dimetil sulfat. Kemungkinan itu terjadi saat sengatan listrik diberikan.
Bahan ini dapat menyebabkan kelumpuhan, kejang-kejang dan merusak jantung, liver, serta ginjal. Namun, dugaan ini memiliki kelemahan karena belum dibuktikan di laboratorium.
Teori kedua karena staf mengalami histeria masa, padahal tidak ada penyebab medis yang nyata.
Gloria meninggal dunia, setelah pihak medis berusaha menolongnya sekitar 35 sampai 45 menit. Jenazahnya baru dimakamkan sekitar dua bulan setelah kematiannya. (*)
No comments:
Post a Comment