TRIBUNKALTIM.CO - Sebuah keluarga besar di desa Gaya, Bihar, India, secara kompak memiliki kondisi fisik yang sama.
Setiap anggota dalam keluarga besar Choudhary memiliki 12 jari tangan dan 12 jari kaki.
Kendati memiliki bentuk fisik abnormal dari orang-orang pada umunya, Krishna Choudhary seorang anggota keluarga ini mengaku jika mereka merasa seperti mendapatkan berkah dan sekaligus kutukan.
"Saya merasa seperti mendapatkan berkah dimana semua anggota keluarga ku memiliki kondisi fisik yang sama. Di balik kondisi ini pasti ada pesan tersembunyi dari tuhan," ungkap Sitbiya Choudhary salah satu anggota keluarga.
Kondisi fisik yang terbilang aneh yang dialami keluarga ini rupanya diturunkan oleh sang kakek dan nenek mereka yang juga memiliki total 24 jari di kaki dan tangan.

Selain memiliki ekstra jari tangan, keluarga ini juga mempunyai enam jari kaki.(DailyMail/Cover Asia Press/Ashish Sharma)
"Saya dan semua saudara dan saudariku memiliki total 24 jari kaki dan tangan dan anak-anak kami dan cucu keluarga besar Choudhary memiliki jumlah 24 jari pula," ujar Krishna Choudhary yang bekerja sebagai buruh.
Jika dihitung keseluruhan keluarga besar ini memiliki jumlah 600 jari.
Mengalami kondisi fisik ini, para anggota keluarga Choudhary mengaku kesulitan untuk menemukan sepatu yang sesuai.
Maka tak jarang keluarga besar Choudhary kerap mengenakan sandal jepit setiap kali beraktivitas.
Berdasrakan penjelasan medis kondisi fisik dengan tumbuhnya jari yang berlebihan ini disebut juga Polidaktili.

Keluarga Choudhary menunjukkan jari tangannya. (DailyMail/Cover Asia Press/Ashish Sharma)
Polidaktili merupakan duplikasi jari-jari tangan dan kaki. Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal.
Dilansir melalui laman Metro, Dr Aayush Gupta seorang dermatologis mengungkapkan jika kelainan ini tidak ada kaitannya dengan kutukan atau pembawa sial seperti yang banyak dikatakan masyarakat.
Selain itu seorang penderita Polidaktili dapat menjalani operasi untuk mengangkat jari-jari yang berlebihan tersebut. (Metro/Ayuk Fitri Astuti)
No comments:
Post a Comment