
WARTA KOTA, KEBAYORAN BARU -- Sejumlah warga percaya dengan makam keramat.
Makam Dato Tonggara yang berada di kawasan Kramat Jati menjadi salah satu tempat yang bersejarah dan hingga kini masih dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Makam ini juga menjadi salah satu cikal bakal kampung Makasar.
Makam yang diresmikan pada tanggal 10 Mei 2013 sebagai Pemugaran Cagar Budaya oleh Camat Kramat jati ini, kondisinya sudah terlihat rapi, tidak nampak suasana mistis seperti layaknya makam yang dikeramatkan.
Menurut Rapijali (40) penjaga makam mengatakan bahwa sejak tahun 2010 makan sudah direnovasi. "Sebelumnya tidak ada itu musala, sekarang, sudah ada musala, dan tempat wudu jika peziarah ingin salat," katanya saat ditemui Warta Kota, Jumat (28/10/2016).
Didirikannya musala bertujuan agar tidak menjadikan makan ini terlihat negatif, para peziarah bisa salat dan sambil berziarah.
Namun semenjak direnovasi memang peziarah yang datang tidak sebanyak ketika direnovasi, peziarah yang datang masih dalam kawasan Jakarta. "Untuk peziarah masih dari Jakarta semua, jika diluar daerah tidak banyak, kebanyakan peziarah yang datang lebih banyak mengendarai sepeda motor, untuk penguna mobil tidak lebih dari tiga mobil," kata pria asal Serang ini.
Pria yang sudah lebih dari 10 tahun menjadi penjaga makam ini mengatakan bahwa peziarah yang datang ada beberapa memang berniat untuk ziarah dan berdoa, namun ada beberapa peziarah juga mempunyai niat lain seperti mencari jodoh. "Peziarah yang datang ke sini bermacam-macam niat dan keperluannya, waktu itu saya sempat didatangi perempuan, dia bertanya ke saya, disini bisa tidak pak minta cari jodoh, saya hanya memberitahu ke perempuan itu bahwa tidak bisa, disini hanya tempat untuk mendoakan bukan tempat mencari jodoh, walau begitu perempuan itu tetap berziarah," cerita Rapijali sambil mengelengkan kepala.
Tidak hanya itu pria yang tinggal didekat makam dengan keluarganya ini menceritakan bahwa pernah ada beberapa peziarah yang datang dari partai. "Waktu menjelang pemilu beberapa tahun lalu juga ada orang partai datang berziarah, tapi tidak tahu pasti apa keperluanya, mungkin ya mendoakan Dato Tonggara sepertinya," katanya.
Rapijali memang tahu apa yang dilakukan peziarah, walau pemakaman ini dibuka secara umum siapa pun boleh datang, namun ia selalu memantau aktifitas peziarah yang datang, jika ada pezirah yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai, ia juga selalu menginggatkan, bahwa tempat ini digunakan untuk mendoakan Dato Tonggara bukan untuk keperluan lain. "Memang yang datang ada saja yang aneh-aneh mas, seperti minta pengelarislah, cari pusaka, saya biasanya pantau, jika ada yang aneh saya tegor," katanya.
Sementara itu, Rapijali menyayangkan makam tokoh keagamaan, pendakwah dan panutan masyarakat berilmu tinggi tersebut disalah gunakan para peziarah yang datang dari berbagai etnis.
"Seharusnya para peziarah berdoa agar tokoh agama dan panutan masyarakat tersebut diampuni dosa-dosanya selama di dunia dan amal ibadahnya selama hidup di dunia diterima Alloh SWT. Bukan sebaliknya minta doa kepada orang yang sudah meninggal," katanya. (Joko Supriyanto)
No comments:
Post a Comment