
Di rumah sederhana berukuran 4x5 meter, Sukri tinggal bersama adik kandungnya, Saudek (36). Saudek adalah keluarga terdekat yang mengurus Sukri selama ini. Di rumah itu, tidak dialiri listrik. Rumah pun ibarat gudang. Hanya, suara radio sebagai pelipur lara abang adik itu.
Kepada RPG, Rabu (20/7) Sudaek mengisahkan, penderitaan abang kandungnya bermula dari salah makan obat. Obat itu didapat keluarga atas resep dokter. Lama-lama, jari tangan Sukri mengecil dan tidak bertenaga, meskipun tidak dikeluhkan sakit sebelumnya.
"Dulu abang bekerja, tapi sekarang saya saja yang bekerja. Karena abang sudah tidak punya jari lagi. Jangankan kerja, untuk memegang sendok saja dia (Sukri, red) sulit sekali, tak jarang saya yang menyuapinya," ucap Saudek.
Dikatakan dia, dahulu petugas kesehatan pernah memberikan obat untuk kesembuhan abangnya. Hanya, pemberian obat itu, tidak berlangsung lama. Malah, virus semakin ganas dan men-yerang bola mata abangnya.
"Setahun ini abang mulai rabun katarak, tak tahu lagilah macam mana," keluh buruh harian lepas ini.
Dari pekerjaan itu, diakui dia menerima upah. Upah tidak seberapa itu, lalu dijadikan sebagai tumpuan hidup mereka. Terkadang, mereka harus memakan nasi dan lauk basi sekedar untuk bertahan hidup.
Sementara itu, Sukri mengaku kondisi kesehatannya sudah membaik, meski asupan gizi yang dikonsumsinya tidak menentu, bahkan virus yang menyerang tubuhnya itu tidak memberikan rasa sakit sama sekali.
"Tak ada rasa apa-apa bang, tiba-tiba saja begini. Saya juga kasihan dengan adik saya yang sudah bekerja untuk saya. Saya juga ingin bekerja," ucap dia dengan suara lirih.
Saat ini, dia berharap agar matanya dapat sembuh dan ada donatur yang ingin memberi bantuan tangan palsu agar dirinya bisa bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi.
Kepala Dinas Sosial tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Tanjungpinang, Surjadi mengaku kaget. Ia mengaku belum menerima laporan ada warga Tanjungpinang yang menderita virus aneh.
"Astagfirullah... jujur saya baru tahu, segera kami turun ke lokasi dan membuat pemetaan untuk tindakan," ucap Surjadi yang dihubungi, Rabu (20/7).
Surjadi mengatakan, pihaknya akan segera mengambil langkah antara lain memerhatikan kondisi kesehatan, sandang pangan, dan kondisi rumah mereka sebagai tempat berteduh.
"Untuk rumah, tentu kami harus melihat keabsahan sertifikatnya dulu agar mendapatkan bantuan program bedah rumah, tapi kalau kesehatan segera dilakukan tindakan medis," jelas-nya.
Kadis Kesehatan Tanjungpinang Rustam belum berani mengomentari lebih terkait informasi itu. "Nanti-nanti ya, saya cek dulu ke kabid. Kalau tidak salah biasanya untuk lingkungan kota sudah tertangani, tapi saya belum berani komentar, takut salah," ujarnya.(cr33/rpg)
No comments:
Post a Comment