JawaPos.com - Rencana pemerintah melakukan impor beras dan bawang merah dianggap terlalu tergesa-gesa. Sekalipun memang, itu dilakukan untuk menstabilkan harga kedua komoditi itu.
Menurut Direktur Kajian Pangan dan Ekonomi Kerakyatan, Nawacita Watch, Tenri Ajeng, mayoritas petani baru saja melewati masa panen Pun bawang merah yang sedang memasuki panen raya di bulan Juni-Juli.
Tenri menilai Bulog gagal menjalankan fungsinya sebagai lembaga stabilisator stok dan harga pangan. Bulog hanya terlihat sebagai lembaga yang dominan menjalankan fungsi komersial yakni pencari keuntungan atau pemburu rente.
"Ini menguatkan Bulog mempunyai jaring laba-laba distribusi sehingga pasokan tidak langsung sampai ke pasar. Inilah yang menyebabkan stok dimainkan sehingga harga pangan tinggi," kata Tenri saat diskusi bertajuk Membedah Optimalisisa Peran Bulog Sebagai Stabilitas Pasok dan Harga Pangan di Jakarta, Selasa (7/6).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) akan melakukan impor pangan pokok berupa beras dan bawang merah guna memenuhi pasokan dan menstabilkan harga selama bulan Ramadhan sampai Lebaran.
Itu lantaran harga beras saat ini sedang mengalami kenaikan mencapai Rp 12.500 per kg, sedangkan bawang merah Rp 41.000 per kg.
No comments:
Post a Comment